Senin, 05 November 2007

Awal Sebuah Ketulusan

Pada mulanya aku tidak begitu tertarik dengan namanya chatting. Tetapi
lama kelamaan aku jadi ketagihan dan setiap hari aku selalu meluangkan
waktu Untuk beberapa saat lamanya sembari mengerjakan tugas harian di
kantor. Baik itu melalui MIRC ataupun di YM. Dan mulai dari sinilah aku
mulai mengenal apa itu dunia cyber. Suatu hari aku chatting dengan
menggunakan nickname Jingga yang kebetulan aku suka banget dengan warna
purple.

Hingga sampailah aku di pertemukan dengan cewek yang berumur 17 tahun
yang mempunyai nama asli Adinda. Adinda yang masih berstatus pelajar di
salah satu SMU negeri di Jakarta dan tinggal di sekitar Jakarta Barat.
Dengan paras yang cantik serta bentuk tubuh yang sexy di dukung
penampilannya yang selalu mengenakan rok abu-abunya di atas lutut.
Menjadikan dirinya patut untuk di kagumi oleh setiap lelaki. Apalagi
dengan hem putihnya yang sedikit transparan setiap Adinda berangkat ke
sekolah. Begitu menerawang terbentuk segaris Bra 36 warna hitam
kesukaannya menjadikan setiap mata yang memandangnya tak akan berkedip
sedetikpun.

Adinda adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup terpandang di
Jakarta. Kesibukan papanya sebagai seorang pengusaha, menjadikan Adinda
selalu merasa kesepian. Demikian juga dengan Mamanya yang selalu sibuk
dengan urusan arisan, shopping, senam, salon dan banyak lagi kesibukan
yang datang tak pernah habisnya. Karena merasa kesepian setiap pulang
dari sekolah ataupun saat libur sekolah, menjadikan Adinda tumbuh tanpa
seorang figur dari keluarganya. Kalau melihat kepribadiannya Adinda
sebenarnya mempunyai kepribadian yang periang dan ramah.Semua itu bisa
di lihat dengan kesehariannya yang selalu tersenyum kepada semua orang
yang di jumpainya.

Demikian juga saat bertemu denganku lewat Chatting. Setiap perjumpaan
selalu diakhiri dengan kesan yang baik, bagaimanapun juga aku sangat
menghargai. Kejujurannya yang menceritakan masalah keluarganya yang
super sibuk dan mantan cowoknya yang berpaling darinya, karena tidak
bisa bersabar menghadapi Adinda yang belakangan menjadi pemurung.
Sifatnya yang pemurung itu disebabkan oleh suasana keluarganya yang
mulai tidak harmonis lagi dan menjadikan sosok Adinda menjadi minder di
sekolahnya.

Hingga pada satu kesempatan dia memutuskan ingin bertemu secara langsung
denganku. Hari itu setelah kita chatting beberapa saat, tiba-tiba dia
menangis dan butuh teman untuk curhat secara langsung dan alasannya,
karena dia sudah akrab dan percaya kepadaku.

Setelah menentukan tempat yang cukup aman, sejuk udaranya dan tidak
bising akhirnya aku sepakat menemuinya. Dengan perasaan deg-degan,
sepanjang perjalanan aku berpikir ada masalah apa dengan Adinda. Dan
pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku benar-benar ketemu dengannya.

Sesaat Aku terkagum-kagum melihat penampilannya hari itu. Berbeda dengan
kesehariannya yang selalu mengenakan seragam sekolah. Hari itu Adinda
mengenakan stelan celana jeans agak belel warna biru di padu dengan kaos
putih ketat yang menonjol di bagian dadanya. Rambut panjangnya di
biarkannya tergerai menyentuh bahunya melewati leher jenjangnya yang
putih bersih.

Dari penampilannya yang mengagumkan aku sempat menelan ludah sesaat.
Adinda adalah sosok cewek idolaku. Mulai dari wajahnya, dadanya,
pinggulnya dan lekukan Pantatnya yang sexy tecetak jelas di celananya
yang ketat juga. Membuat aku menelan terdiam sesaat, sambil membayangkan
bagaimana jika aku bisa bercinta dengan dia.

Di sebuah cafe yang suasananya pada siang itu tidak begitu ramai, dengan
hanya beberapa pengunjung, menjadikan pertemuanku dengan nya akan sangat
berkesan tentunya. Selama pembicaraan di cafe, jantungku berdetak
kencang setiap melirik paras Adinda yang cantik dan manis sekali dan aku
membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang merekah. Untuk
menghilangkan rasa cemasku, aku berusaha membuka pembicaraan dengan
menanyakan bagaimana kesannya setelah bertemu dan ada masalah apa sampai
dia memintaku datang menemuinya.

Pertemuan itu sebenarnya hanya sekedar alasannya aja agar bisa ngobrol
denganku dan mengenal lebih dekat siapa diriku sebenarnya. Hal itu aku
ketahui setelah kami terlibat perbincangan serius di cafe dan dia
berterima kasih, kalau selama ini aku bisa dengan penuh kesabaran
mendengarkan semua masalah yang di hadapinya.

"Diet.. Boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya Adinda tiba-tiba.
"Boleh.. Ada apa emangnya?" tanyaku balik.
"Aku mulai merasakan semua kasih sayang kamu selama ini," jawabnya.
"Dan aku juga ingin memberikan hal yang sama buat kamu," lanjutnya.

Aku hanya bisa terdiam mendengar semua penjelasannya, dengan lembut aku
memeluk tubuhnya untuk meyakinkan bahwa semua yang kulakukan tulus
adanya. Dan dengan pelan aku genggam jemari tangannya yang halus serta
aku pegang dagunya dengan lembut bibirku menyentuh bibirnya yang terbuka
sedikit. Yang tak lama aku telah menciumi leher Adinda yang terlihat
sangat bersih dan putih.

"Adinda aku sayang kamu..," bisikku di telinganya lirih.

Adinda semakin erat memelukku sebagai ungkapan kebahagiaannya atas
sikapku. Setelah perbincangan di cafe selesai, Adinda mengajakku untuk
bersantai sejenak sambil beristirahat dengan memesan sebuah kamar di
sebuah hotel yang tak jauh letaknya dari cafe tersebut.

"Diet.. Ohh..," desah Adinda ketika aku mencumbu lehernya setelah kita
sampai di kamar. Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Adinda yang
jenjang.
"Akhh Diet.." tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi
payudara Adinda yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan
lidahku dibalik telinganya.
"Ooohh.. Diet.." desahnya lirih.

Adinda mulai terangang ketika ujung lidahku menjilati bukit payudaranya
yang berukuran 36 itu. Aku semakin berani untuk melakukan yang Iebih
jauh.. Dengan meremas payudara yang satunya.

"Adinda.. Sayang, aku buka baju kamu yah.."? bisiku di telinganya.

Adinda hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk melepaskan pakaiannya,
sampai akhirnya dia hanya mengenakan Bra warna hitam. Dadaku semakin
naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan jelas di depanku.

Setelah terbuka, kembali aku mengulum bibirnya yang merekah. Lidahku
menjelajahi rongga di langit-langit mulutnya dan sesekali menghisap
lidah Adinda yang mulai terangsang dengan ciumanku. Tanganku yang nakal
mulai melepas Bra warna hitam miliknya. Dan.. Wow.. Tersembullah puting
yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Adinda
untuk kemudian mulai menjilati puting Adinda yang berwarna kecoklatan.
Satu dua kali hisapan membuat putingnya berdiri dengan kencang..
Sedangkan tangan kananku memilin puting yang lainnya.

"Ooohh Diet.. Enak sekali sayang..," rintih Adinda.

Dan saat aku mulai menegang.. Adinda berusaha bangkit dari tempat tidur,
tapi aku tidak memberikan kesempatan Adinda untuk bangkit dari pinggir
ranjang. Parfum Adinda yang harum menambah gairah aku untuk semakin
berani menjelajahi seluruh tubuhnya.

Aku beranikan diri untuk mulai membuka celana jeans serta CD hitam
berenda yang dipakainya. Dan darahku mendesir saat melihat gundukan yang
ditumbuhi dengan rambut yang hitam lebat. Tanpa berpikir panjang, aku
langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam
lubang vagina Adinda.

"Oohh.. Diet.. Nikmat.. Sayang," Adinda merintih kenikmatan setiap
lidahku menghujam lubang kewanitaannya.
"Akhh.. Kamu pintar sekali sayaang.." Desah Adinda disaat jilatanku
semakin cepat, Adinda sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda mau orgasme
dan sesaat kemudian..
"Mass Adiet.. Sayang.. Aku nggak tahan.. Oohh.. Mass aku mau.." Adinda
menggelinjang hebat sambil menjepit kedua pahanya sehingga kepalaku
terasa semakin terbenam di selangkangannya.
"Maass.. Ookkhh.. Aakuu keluaarr.." Jeritnya lirih.

Adinda merintih panjang saat mencapai orgasmenya yang pertama, dia
tersenyum puas. Aku biarkan dia terlentang menikmati orgasmenya, sambil
membuka semua pakaian yang aku kenakan. Aku memperhatikan Adinda begitu
puas dengan pemanasan tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu
berbinar-binar.

Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih
lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir panjang
penisku yang berukuran lumayan besar, langsung menghujam celah
kenikmatan Adinda sembari bibirku mengulum payudaranya.

"Aaakhh.. Diet..," desah Adinda, saat penisku melesak ke dalam lubang
vaginanya.
"Diet.. Penis kamu ohh.." desahnya kemudian.

Aku merasakan setiap jepitan bibir vaginanya yang begitu ketat, sampai
terasa begitu nikmat lubang senggama Adinda. Aku berpacu dengan nafsu,
keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Adinda yang
pertama kalinya merasakan nikmatnya bercinta. Setiap gerakan maju mundur
penisku, selalu membuat tubuh Adinda menggelinjang hebat karena dia
mulai bisa merasakan dan menikmati permainan ini.

"Diet.. Sudah.. Sayang.. Akhh.." sembari berteriak panjang aku rasakan
denyutan bibir vagina Adinda menjepit batang penisku.

Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Adinda. Aku
tidak mempedulikan desahan Adinda yang semakin menjadi, aku hanya
berusaha memasukkan penisku lebih dalam lagi. Tiba-tiba Adinda mendekap
tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua
kalinya.

Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan.. Sesaat kemudian.

"Diet.. Aku.. Mau.. Keluarr lagi.. Aaakk.. Sayang, aku.. Nggak tahan.."
Seiring jeritan itu, aku merasakan cairan hangat kembali meleleh
disepanjang batang penisku.
"Aaakhh.. Sayang.. Enak sekali.. Ooohh..," rintih Adinda lirih.
Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, diatas tubuh
Adinda. Disaat aku mulai mencapai klimaks, aku meminta Adinda berganti
posisi diatas.
"Adinda.. Sayang kamu diatas yah.."Pintaku

Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Adinda bangkit dan langsung
menancapkan penisku dalam-dalam di lubang kewanitaannya.
"Akhh gila, penis kamu enak banget Maas.. Ooohh.." Adinda merintih
sambil terus menggoyangkan pinggulnya.
"Aduhh enak Diet.." desahnya lagi.
Goyangan pinggul Adinda membuat gelitikan halus di penisku..
"Adinda.. Sayang.. Akh..," aku mengerang kenikmatan saat Adinda
menggoyang pinggulnya.
"Diet.. Aku mau keluar nih..," sambil merintih panjang, Adinda
menekankan dalam-dalam

Tubuhnya hingga penisku amblas ditelan vaginanya dan bersamaan dengan
itu aku sudah mulai merasakan tanda-tanda akan mencapai orgasme.

"Aaahh.. Ahh.. Ohh," teriakku
"Crott.." bersamaan dengan menyemburnya spermaku. Aku biarkan spermaku
menyembur di dalam vaginanya. Sebagian dari spermaku langsung meleleh di
sekujur pahanya yang mulus.

Setelah itu Adinda berjalan menuju ke kamar mandi untuk segera mencuci
spermaku yang baru keluar dari vaginanya. Permainan itu berakhir dengan
penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru pertama kalinya
Adinda bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa
digambarkan dengan kata-kata.

"Diet.. Kapan kamu ada waktu lagi untuk melakukan semua ini sayang,"
tanya Adinda.
Aku menjawab lirih, "Terserah Kamu deh, aku akan selalu sediakan waktu
untuk kamu."
"Makasih sayang.. Kamu telah memberikan apa yang selama ini belum aku
rasakan," kata Adinda.

Kemudian aku mengecup kembali Bibirnya yang merekah sebagai tanda kasih
sayangku kepada Adinda yang tulus.

*E N D*

Angin Sejuk Kintamani

Siang itu suasana di salah satu SMU negeri di Denpasar sangat
hiruk-pikuk oleh ramainya pengumuman bagi siswa kelas 3 yang akan
mengakhiri hari terakhir mereka di sekolah tercinta. Salah seorang gadis
yang berbaju abu-abu dengan rambut panjang ikut berjubel diantara
kerumunan murid-murid lainnya. Dia bernama Udiyani siswa kelas 3 jurusan
pariwisata, dengan tinggi yang 169 cm memudahkan bagi dirinya untuk
melihat papan pengumuman, tanpa harus berada di kerumunan terdepan.

Udiyani adalah pacarku ketika aku masih bekerja di sebuah travel agent
di Bali, sebelum aku pindah ke Lombok untuk menjadi pemain musik di
cafe. Dengan senyum kemenangan dia mendatangi aku yang sedang berdiri
tak jauh dari tempat parkir sepeda motor.

"Mas Adiet.. Aku lulus..," teriaknya sembari memeluk aku.

Yang aku sambut dengan mengulurkan tangan dan mendekapnya erat.

"Syukur deh.. Sayang kamu bisa lulus" ujarku ikut gembira.

Sesuai rencana sebelum acara pengumuman, Udiyani mengajaku ke Kintamani
apabila dia lulus. Sebagai ungkapan kegembiraannya atas berhasilnya dia
menyelesaikan masa SMU dengan baik.

Tanpa menunggu waktu lagi aku dan Udiyani berangkat ke Kintamani, yang
kebetulan siang itu udaranya cukup segar dan memang sebagai lokasi
wisata yang menawarkan pemandangan alam pegunungannya, Kintamani selalu
sejuk, apalagi menjelang senja dinginnya sampai menusuk tulang.

Dengan mengendarai motor, aku menjalankannya tanpa perlu terburu-buru,
karena aku nggak mau melewatkan saat-saat terindah berdua terlewatkan
begitu saja. Tangan Udiyani memeluk pinggangku erat, sesekali dia
mencumbu belakang telingaku mesra. Tanpa terasa penisku yang berlapiskan
celana jeans biru kesukaanku bergerak pelan, menandakan gejolak
kelakianku mulai tergoda dengan adanya cumbuan-cumbuan Udiyani yang lembut.

Perjalanan ke Kintamani melewati jalan yang berkelok-kelok, dikanan
jalan ada pemandangan danau bedugul yang sangat indah dengan airnya yang
jernih, tapi sayang sore itu udaranya agak berkabut, sehingga mengganggu
jarak pandang kita.

Aku dan Udiyani memutuskan untuk berhenti sesaat, sambil menikmati udara
sore itu di Sebuah cafe kecil di tepian jalan yang pemandangannya
langsung menghadap ke Danau Bedugul. Sambil memesan minuman hangat, aku
mengeluarkan sebatang rokok kesukaanku dan menyalakannya sesaat, sebelum
aku menghisapnya dalam-dalam.

Aku dan Udiyani Duduk memilih duduk di tempat yang agak ke pojok, karena
kebetulan juga tempatnya cukup menguntungkan buat menikmati pemandangan
ke Danau. Setelah menunggu beberapa saat minuman pesanan kita pun
datang. Tanpa menunggu beberapa saat, sebelum pelayan pergi Udiyani
sudah terlebih dulu meminumnya hal ini di karenakan udara pegunungan
yang berkabut sudah mulai terasa menusuk tulang belulang.

Dengan lembut aku memeluk Udiyani yang nampaknya mulai kedinginan.

"Kamu kedinginan sayang?" Tanyaku

"Iyah nih Mas.." katanya pelan.

Sambil memeluk Udiyani aku membisikan kata-kata mesra.

"Adiet hangatkan yah sayang..!" kataku lembut di belakang telinga.

Udiyani hanya tersenyum manis, tanpa berkomentar sambil mengedipkan
matanya tanda setuju. Udara sepertinya sangat mendukung sekali sehingga
aku dan Udiyani semakin rapat berpelukan. Ketika ada keheningan sesaat
diantara obrolan kita, tak pernah aku melewatkan untuk mengecup bibir
Udiyani yang ranum tanpa terpoles lisptick.

"Ohh.. Mas.." desahnya ketika kecupan lembutku mengantarkannya melambung.

Kemesraan kita di cafe tak berlangsung lama, dikarenakan hari mulai
menjelang senja. Setelah membayar minuman yang kita pesan, aku
menggandeng tangan Udiyani dengan mesra untuk meninggalkan cafe dan
mencari penginapan di sekitar Kintamani yang memang sudah dekat dari
cafe tersebut.

Tak lama berselang aku menemukan sebuah hotel yang tempatnya begitu
cocok menurut kita berdua.
Di Hotel itu tersedia restaurant yang pada malam harinya menyajikan
acara live accustic musik.
Sengaja aku memilih Hotel yang ada fasilitasnya seperti itu, karena aku
juga pemain musik di cafe yang posisiku di band pemegang rythm sekaligus
vokal.

Setelah urusan dengan resepsionist selesai, aku mengajak Udiyani
berjalan ke arah kamar. Kamar kami sangat romantis, di depan ada taman
dan pancuran air kecil dari sumber mata air sekitar Kintamani dan ada
tempat duduknya yang di hiasi lampu temaram. Di dalam kamar aku langsung
rebahan di tempat tidur, karena perjalanan kita dari denpasar sedikit
melelahkan membuat pegal-pegal di persendian.

"Mas.. Aku mau mandi dulu yah," katanya.

"Ntar keburu kedinginan, sekarang aja mulai terasa nih udaranya,"
sahutnya lagi.

"Kalau begitu kita sekalian aja mandi bareng," godaku.

"Boleh.. Siapa takut.." tantangnya kemudian.

Dengan berlari kecil aku mengejar Udiyani yang sudah sampai di depan
kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, aku langsung membuka
kaosku dan hanya mengenakan celana pendek.

"Sayang.. Ini kan hari bahagia kamu setelah kamu lulus" kataku kemudian.

"iya aku tahu itu.. Lantas kenapa sayang?"tanya Udiyani mesra.

"Aku ingin memanjakan kamu dengan cara memandikan kamu mulai dari
menggosok seluruh tubuh kamu, menyabuninya dan menyirami dengan shower,"
kataku lagi.

"Muachh.." seketika Udiyani mengecup bibirku lembut.

"Makasih sayang.. Kamu sudah manjain aku," sahutnya lagi.

Dengan lembut aku mulai membuka seragam SMU Udiyani yang masih dikenakan
saat itu. Di mulai dari hemnya aku buka kancing atasnya secara perlahan,
sambil aku memandangi wajahnya yang manis serta dengan senyumnya yang
penuh pesona. Setelah kancing kedua aku buka, maka terpampanglah
keindahan bukit payudaranya yang berukuran 36b itu mencuat keluar
kontras dengan branya yang berwarna hitam. Aku menyelesaikannya dengan
kancing terakhir, sembari aku mengecup kecil bukit payudaranya yang lembut.

Tinggallah rok abu-abunya yang belum aku sentuh. Sesaat aku mengecup
kembali bibirnya yang menantang dengan sorot matanya yang pasrah.
Kembali dengan perlahan aku membuka rok Udiyani, yang aku awali dengan
menurunkan ziper di belakangnya.

"Srett.." bunyi ziper roknya ketika aku turunkan.

Dengan sekali rengkuh, terlepaslah rok Udiyani menyentuh lantai. Udiyani
saat itu mengenakan CD warna hitam juga, yang dikombinasikan renda di
pinggir dan di bagian tengahnya, sehingga terpampanglah dengan
transparan rerumputan hitam lebat melalui renda Cdnya.

Dengan kedua tangan aku melanjutkam menurunkan CD hitamnya dan
terpampanglah pemandangan yang membuat aku menelan ludah beberapa saat
dan membuat kelakianku tergoda. Celana pendek yang aku kenakan telah
menonjol sebelum aku melucuti pakaiannya, ditambah lagi sekarang dia
sudah telanjang bulat di depanku.

Dengan lembut aku mulai menyiramkan air dari shower ke seluruh tubuhnya.
Yang aku lanjutkan dengan mulai menyabuni punggungnya, pinggulnya yang
bahenol, serta betisnya yang jenjang. Yang membuat Udiyani menggelinjang
pelan.

"Ohh.. Mas.." desahnya pelan.

Setelah bagian belakang selesai aku sabuni, tinggallah bagian depan yang
membuat kelakianku semakin menggelegak. Aku mulai menggosok bagian
lehernya terlebih dahulu, karena aku tahu, bagian ini merupakan bagian
yang cukup sensitif di samping bagian sensitif yang lainnya yang ada di
tubuh Udiyani.

Perlahan tanganku mulai meraba sedikit demi sedikit leher jenjang nan
mulus miliknya, dengan telapak tanganku yang penuh dengan busa sabun.
Terkadang terdengar desahan lembut Udiyani yang menikmati setiap gerakan
tanganku yang menelusuri permukaan kulit halusnya.

"Ohh.. Mas," desahnya lembut.

Kemudian tanganku bergerak turun ke arah dadanya yang membusung dan
licin sembari kembali menuangkan sabun cair di sekitar payudaranya
sekaligus ke putingnya yang mulai menonjol keras. Sengaja gerakan
tanganku di dadanya sedikit melambat, hal ini aku lakukan sekaligus
menyabuni dan merangsang payudaranya secara lembut.

Kembali desahan lembut terdengar olehku.

"Ohh.. Mas.. Teruskan"desahnya dengan mata terpejam.

Setelah cukup bermain di bagian dadanya, kembali tanganku bergerak turun
ke arah perutnya yang datar yang hanya beberapa saat lamanya. Dan
berakhir di daerah yang berbulu lebat nan hitam, tapi tertata dengan
rapi menyerupai bentuk CD. Aku menuangkan sedikit shampoo ke tanganku,
kemudian aku lanjutkan dengan menggosok bukit vaginanya dengan lembut.
Sesekali tanganku menyentuh clitorisnya lembut yang menimbulkan sensasi
tersendiri buat Udiyani.

"Ssshshshshsh.." desisnya pelan.

Tak lama aku lanjutkan untuk menggosok untuk lebih ke bawah lagi yaitu
di bagian pangkal pahanya yang mulus dan aku menyelesaikan tugas
terakhir memandikannya di bagian betisnya yang bak bulir padi itu.
Setelah semua bagian tubuh Udiyani penuh dengan busa sabun, kembali aku
menyiraminya dengan gagang shower ke seluruh permukaan tubunya untuk
tahap akhir, sebelum aku mencumbu tubuhnya.

"Thanks ya.. Mas.. sudah di manjain," katanya pelan.

"Dengan senang hati kok sayang.. Aku lakukan buat kamu," jawabku mesra.

Kemudian aku memeluk tubuh Udiyani mesra, sembari membimbingya untuk
duduk di pinggiran bathtub.
Dan selanjutnya aku nyalakan kran airnya. Sembari menunggu airnya penuh,
aku jongkok di depannya yang lagi duduk sembari menaikkan salah satu
kakinya di pinggiran bathtub. Lidahku mencumbu seluruh permukaan kakinya
yang kemudian aku lanjutkan dengan menghisap lembut jemari kakinya yang
lentik dan wangi itu.

Udiyani terpejam menerima perlakuanku yang begitu lembut, sehingga
melambungkan nafsunya yang memang sudah sangat terangsang sejak awal.
Lidahku begerak naik menelusuri betisnya yang jenjang dan berakhir di
pahanya yang mulus. Gerakan lidahku semakin liar namun lembut, setelah
sampai di pangkal pahanya. Aku menjulurkan lidahku kembali ke arah
lekukan pangkal pahanya dan hal ini berpengaruh sekali untuk tubuh
Udiyani menerima rangsangan dariku.

Dengan kedua tanganku aku mulai menyibak vaginanya yang aromanya khas
sekali, dan kemudian aku julurkan lidahku yang basah ke permukaan
clitorisnya yang mulai menonjol pelan. Kembali tubuh Udiyani
mengelinjang pelan penuh kenikmatan menerima perlakuan ini.

"Hekk.. Sshh.. Mas," desahnya tak teratur.

Aku tahu kalau Udiyani begitu menikmati dan suaranya parau namun
terdengar cukup sensual. Selanjutnya dengan gerakan mantap aku julurkan
lidaku menerobos liang vaginanya yang mulai basah oleh lendir kenikmatan
yang keluar dari vaginanya. Tiba-tiba gerakan tangan Udiyani begitu
cepat merengkuh belakang kepalaku dan menariknya untuk lebih dalam ke
permukaan vaginanya.

"Ohh.. Mas.. Aku mau keluar," teriaknya kecil.

Tanpa berhenti gerakan lidahku terus menerobos semakin ke dalam dan ini
menimbulkan sensasi yang lebih hebat untuknya dan di akhiri dengan
teriakannya yang panjang.

"Ohh.. Mass.." Udiyani mendesah lembut.

Setelah mencapai orgasmenya yang kesekian kalinya, aku memberikan
kesempatan buatnya untuk istirahat sejenak, sambil aku berdiri menutup
kran air yang ternyata sudah penuh. Kemudian aku berjalan ke pinggiran
bathtub dan duduk disamping Udiyani untuk mencumbunya kembali. Perlahan
tubuh Udiyani merosot ke bawah ke arah selangkanganku dan dengan gerakan
lembut mulutnya melahap ujung penisku yang memang sudah sangat keras
dari permainan awal.

Lidahnya bermain dengan perpaduan hisapan dan liukan ujungnya di rongga
mulut miliknya yang mungil. Aku mendesah lembut menerima perlakuannya ini.

"Ohh.. Sayang.. Enak sekali," desahku dengan nafas tertahan.

Selanjutnya dengan lembut aku angkat tubuhnya dan memeluk pinggangnya
untuk membelakangiku. Dengan lembut tanganku meremas payudaranya dari
belakang dan menarik tubuhnya untuk mengambil posisi duduk. Udiyani
melebarkan kakinya sembari jemari tangannya yang lentik memegang batang
penisku dan mengarahkannya tepat di lubang vaginanya yang sudah basah
oleh lendir. Perlahan Udiyani menurunkan pinggulnya secara lembut, maka
melesaklah seluruh batang penisku yang sudah mencapai ereksi maksimal.

"Ohh.. Shhss," desah kami berbarengan.

Setelah penisku menembus bagian dalam vaginanya. Tanganku kembali
meremas kedua payudaranya dari belakang dan lidahku menjilati
punggungnya yang penuh dengan butir-butir air. Jemari tanganku yang kiri
memilin ujung putingnya yang keras dan ini membuat bibirnya mendesah pelan.

"Ssshh.." desahnya penuh erotis.

Sementara tangan kananku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Aku
mengulum bibirnya yang masih terbuka menahan nikmat dengan lembut.
Udiyani tak tinggal diam dengan menggerakkan pinggulnya memutar seirama
dengan gerakan pinggulku yang menghujam vaginanya lebih dalam.

Desahan dan teriakan kecil diantara percintaan kami sesekali terdengar.
Dan ini menimbulkan kesan erotis tersendiri buat kita. Setelah beberapa
saat lamanya adegan ini berlangsung. Tiba-tiba tubuh Udiyani bergetar
dan semakin cepat gerakan pinggulnya.

"Mas.. Aku mau keluar," teriaknya.

"Kita keluarkan bersama sayang.." sahutku

"Aku juga mau keluar nih," timpalku lagi.

Kembali tanganku menarik wajahnya dan mengulum bibirnya dengan lembut.
Dan tanganku satunya memilin ujung puting payudaranya. Dengan erat aku
memeluk tubuhnya begitu aku merasakan cairan hangat menyirami batang
penisku. Dan tak berlangsung lama penisku juga menyemburkan sperma ke
dalam rongga vaginanya.

"ohh.. Mass.. Aku keluar," teriaknya bergetar.

"Aku juga.. Sayangg.." dengan nafas tak teratur.

Masih dengan posisi aku memeluk tubuhnya dari belakang aku mengulum
bibirnya kembali sampai tetes terakhir spermaku dan di akhiri dengan
mengecilnya penisku di dalam vagina Udiayani. Percintaanku dan Udiyani
berlangsung kembali setelah acara makan malam di cafe yang malam itu
pengunjungnya cukup ramai.

Selama makan malam berlangsung aku memilih meja yang meghadap langsung
ke panggung dan ada di deretan tengah agak di ujung. Di atas meja aku
nyalakan sebatang lilin untuk menemani makan malam kami. Malam itu
semakin berkesan buat Udiyani, karena aku menyumbangkan sebuah lagu
karanganku di acara live musik di cafe tersebut untuk dirinya yang
sengaja khusus buat dirinya.

Begitulah kisah cintaku yang sampai saat ini aku masih menyimpanya di
dalam hati sebagai kenangan yang manis di dalam hidupku.

*E N D*

Anak Gelandangan

Nama saya Tiyo, umur 34 tahun dan saya bertempat tinggal dekat kampus
sebuah PTS di Jogja. Saya mengirim cerita ini untuk membagi pengalaman
saya sehingga bisa menjadi referensi dalam mengarungi kehidupan para
pembaca. Cerita ini sungguh nyata, akan tetapi nama-nama yang terlibat
disini saya samarkan.

*****

Aku adalah seorang karyawan di sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang
beverage. Posisiku sudah lumayan tinggi, yaitu sebagai General Manager
sehingga aku mendapatkan fasilitas perumahan dan sebuah mobil sedan. Aku
masih lajang sehingga sehabis pulang kerja hobiku jalan-jalan cari
pengalaman dan refresing.

Cerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam, mobilku
menabrak seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang jalan.
Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak
parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. Ketika aku tawarkan untuk ke
rumah sakit, Ibu itu menolak dan katanya lukanya tidak parah.

"Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?"
"Nggak usah den, si Mbok nggak usah diantar".
"Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?"
Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan
ketika dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil
sambil membawa bekicot.
"Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Tika cepat sembuh".
Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya dibagian ujung dan
mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Tika. Tapi, Setelah
selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tika dan adiknya mau pergi.
Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk mengantarnya pulang.

"Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tika jalannya pincang".
"Ngaak usah den, simbok..".
"Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Tika
Mbok..".
"Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan".
Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan
untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus
terang aku kasihan kepada mereka.
"Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku"
"Tapi ndoroo..".
"Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak
Tika".

Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil selama perjalanan
pulangp, simbok ini ternyata ditinggak suaminya saat mengandung adiknya
Tika, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan. Simbok ini yang ternyata
namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika umurnya 14
tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan
Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas 4.

Setelah sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung aku suruh
mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tika dan Intan tidak membawa
baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang
tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai
lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan
Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini. Besok yang
kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan baju
untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada
orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang
memiliki jiwa sosial yang tinggi.

"Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..".
"Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan
sudah 2 hari nggak makan".
"Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh makan sepuasnya disini".

*****

Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan
malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam
1 malam setelah aku selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju
kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk kekamar
mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat
daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik
daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan
dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan
jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan
kontolku yang masih perjaka ini langsung berontak.

Setelah agak tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha mulus
Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati
ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika
mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD
Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas.
Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah
berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13 menit aku jilati clitnya
dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek
shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan kontolku dan mulai
aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani melapas CDnya takut dia
bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi clit
dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga
puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani
untuk memeras teteknya karena takut Mbok Inem akan bangun.

Sedang asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Tika bangun dan melihat
ke arahku. Tika sempat mau teriak dan untung saja aku cepat menutup
mulutnya dan memimta Tika untuk diam. Setelah Tika diam, berhubung aku
sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tika yang masih terduduk
lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok
kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil
melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tika, gadis kecil yang
benar-benar polos, dan aku lihat sesekali Tika melihat mataku terus
berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah
sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya ".. croot..
crrott.. croot.." ada 6 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok
inemku ini.

Saat aku keluarkan pejuhku, si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua
kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan
ternyata.., tikaku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat
memeknya Tika, dia bilang..
"Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok". aku sendiri sempat kaget
mendengarnya.
"Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..".
"Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi Tika takut ke kamar
mandi..".
"Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi".

Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri
juga pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian
mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari
memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara
pipisnya selesai, Tika aku gendong dan aku dudukkan di pinggir
ranjangku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang
sampai ke pinggang.
"Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Tika..
Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..".

Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini.
Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga
payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya..
"Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..".
"Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..".
Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi
Tika, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14
tahun yang begitu polos, dan dia diam saja ketika tanganku mengelus-elus
seluruh tubuhnya.

Pembaca.. gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku
terusin ceritanya.

Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap rok yang
dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku
seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum
ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris
bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku
tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi
didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa
pipisnya yang tadi itu lho dan juga agak mengkilap.

Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku pijit,
pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya
tikaku ini ukurannya nggak kalah sama ibunya.
"Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika diapain.. Ndoro..".
"Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau nyembuhin luka kamu kok.. Tika
diam saja yaa..".
"Inggiih.. Ndoro..".
Setelah Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa
dan bau pipisnya Tika.
"Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..".
Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku
kocok-kocok dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan
mengangkat-angkat pantatnya.

Aku pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku lihat Tika
menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.
"Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Tika diapain sih ndoroo..".
Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika yang kakinya menendang-nendang
dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini.
Dan akhirnya..
"Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii.. piis dulu Ndoro..".
Dan tidak lama kemudian "Ssuur.. suur.. suur.."
Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha sekuat
tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama
kali ini dikeluarkannya.

Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya
dan kurangkul tikaku ini.
"Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulutnya Ndoro.. pipis Tika
bau ya Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika harus dihukum.. karena udah pipis
dimulut Ndoro.."
"Tika mau dihukum apa saja Ndoro.. asalkan Ndoro nggak marahin Tika..".
"Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..".
"Iya Ndoro..".

Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah
aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih terlalu polos itu menutup
wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Tika agak memerah.
Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku kedepan
wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya.
"Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!
"Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..".
Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan
kadang-kadang diurut.
"Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..".
"Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro.. Tika jijik Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Tika ngemut es krim.. ayo
nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..".
"Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim.."."Iya Nduk..".

Tika pun jongkok diantara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke
mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku
mengenai giginya.
"Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..".
Sambil Tika mengoral kontolku, kaos lusuhnya Tika pun aku angkat dan aku
lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang aku
remas dengan keras.
"Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu".
Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku sudah berdenyut-denyut.
Aku tarik kepala Tika dan aku kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan..
aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya ".. croot..
croot.. croot.. cruut..!"
Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tika dan hanya sedikit yang
menetes keluar dari mulutnya.

"Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Tika sampai mau muntah..".
"He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..".
"Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai nggak bisa
telan.. agak amis Ndoro..".
Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap
hari aku fitnes. Menuku setiap hari: susu khusus lelaki, madu, 6 butir
telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya wajar
kalau spermaku kental dan agak amis.

Kemudian aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku
kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Tika memakan es krimnya, dia
aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya
dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku
penasaran sebelum membobol selaput daranya.
"Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim.."
"Mau Ndoro..".

Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku
mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk
sedikit, tikaku meringgis.
"Ndoro.. memek Tika diapain.. kok sakit.."
Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa
mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung kontolku merobek
selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.
"Ndoorroo.. sakiit.." Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir
mungilnya.
"Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..".
Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku
lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.

"Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh.." itulah yang keluar dari
mulutnya Tika.
"Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih.., aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,".
SAmbil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu perhatikan wajah
imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah,
bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku
lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Tika
pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua
tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.
"Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..".

Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda
tikaku sebentar lagi orgasme. Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas
dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang
sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya
mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis. Aku yakin
para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok
megang-megang "itu" nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok,
nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.

"Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh.."
"Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo.."
"Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..".
Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku
menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.
"Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya Ndoro..".
"Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..".
"Nggak apa-apa Nduk.. (lugu sekali gadisku ini).. Ndoro juga mau pipis
di kasur kok..".

Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di
pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding
rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan
kontolku.
"Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..".
"Iya nduuk.. Tika bobok saja yaa..".
"Memeek Tika periih.. ndooroo..".
Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik
pantatnya dan "croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!". Aku
muntahkan pejuhku kedalam rahimnya.

Aku cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur
dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.
"Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Tika.., perut Tika jadi hangat
Ndoro..".
"Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok
ya.., sini Ndoro kelonin..".
"Inggih Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..".
Aku perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah
dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan
mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun akhirnya tertidur dengan
pulas. Nikmaat.

*****

Gimana pembaca udah orgasme belum.., kalau udah.., dibersihin yaa..,
terus bobok.. byee. Nantikan ceritaku selanjutnya, dimana aku akhirnya
bisa juga menikmati Mbok Inemku dan juga bidadari kecilku, si Intan.
Apabila ada pembaca yang ingin berkenalan dengan saya, silakan kirim
email ke saya, pasti saya balas.

*E N D*

Aku 'Obat Awet Muda' Tante Erni

Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku
waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya
begitu cepat sampai-sampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang
enak-enak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen
nyokap Aku yang namanya Tante Erni (biasa kupanggil dia begitu) orangnya
cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.

Tante Erni ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante
Erni ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan
saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka
ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya
sendiri. Nah Tante Erni inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak
masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet).

Biasanya Tante Erni kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau
kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya
kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga
aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Erni ini entah
sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu
tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi
deh hmm.

Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti,
tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau
lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau
duduk nya Tante Erni ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan
(wuih aku suka banget nih). Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik
wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa
ngomong sampai panas dingin tapi Tante Erni malah diam saja malah dia
tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama
tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha
sama celana dalem tuh Tante.

Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di
villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku
pasti Tante Erni pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2
malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil
bakar jagung. Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar
ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu
itu Tante Erni mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Erni di
ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa
enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket
pojokan taman.

Lalu Tante Erni menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih
mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Erni, sesampainya Aku
di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Ernin ngsajak masuk
nemenin dia soalnya katanya dia takut.

"Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak
usah di tutup, Tante takut nih", kata Tante Erni sambil mulai berjongkok.

Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana
dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga.
"Serr.. rr.. serr.. psstt", kalau enggak salah gitu deh bunyinya.
Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Erni kencing, dalam hatiku,
kalau saja Tante Erni boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm.
Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Erni.

"Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet" kata Tante Erni.
"Ah enggak apa-apa Tante", jawabku.
"Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah
terus sih?", tanya Tante Erni.
"Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya
apa sih bentuk itunya cewek?" tanyaku.

Tante Erni cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.

"Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah
nanti Tante enggak enak sama Mamamu", kata Tante Erni.

Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah
vaginanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini
Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Erni membiarkanku
memegang-megang vaginanya.

"Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita
ngapain lagi".
"Iyah Tante", jawabku.

Lalu Tante Erni menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami
gabung lagi sama ibu-ibu yang lain.

Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku
panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai
sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena
badanku enggak enak.

"Lex, kamu enggak ikut?" tanya mamiku.
"Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue
mochi saja yah Mah" kataku.
"Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi" kata Mami.
"Erni, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada
pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin" kata Mami pada Tante Erni.
"Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah,
aku mau bawa itu buat pulang besok" kata Tante Erni.

Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Erni berdua
saja di villa, Tante Erni baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur
buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.

"Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu?" tanya Tante Erni sambil
nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.
"Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih
yang di rasa" kataku.

Tante Erni begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang
sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.

"Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah?" kelakar Tante Erni padaku.
Aku pun bingung, "Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita
hanya satu?" jawabku polos.
"Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman" kata
Tante Erni sambil memegang si kecilku.
"Ah Tante bisa saja" kataku.
"Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah" aku hanya diam saja.

Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Erni, pada waktu
dia ingin membuka celanaku, kubilang, "Tante enggak usah deh Tante biar
Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante"
"Enggak apa-apa, tanggung kok" kata Tante Erni sambil menurunkan
celanaku dan CDku.

Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.
"Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah"
"Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya" kataku polos.
"Iyah kamu tenang saja yah" kata Tante Erni.

Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat
itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti
sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang
seperti ini.

"Achh.. cchh.." aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku
memegang vagina Tante Erni yang masih di balut dengan celana pendek dan
CD tapi Tante Erni hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih
melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.

"Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih" kataku.
"Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok" kata
Tante Erni.

Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Erni
karena Tante Erni tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam
karena merasakan enaknya.

"Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener " kataku sambil meremas
vagina Tante Erni yang kurasakan berdenyut-denyut.
Tante Ernipun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun
mengejang keras.
"Croott.. ser.. err.. srett.." muncratlah air maniku dalam mulut Tante
Erni, Tante Erni pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil
menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Erni berdenyut kencang
sampai-sampai aku merasakan celana Tante Erni lembab dan agak basah.
"Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan?" kata Tante Erni.
"Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya
Tante.."
"Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi
lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?"
"Enggak Tante"

Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Erni.

"Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih". Aku jadi salah tingkah
"Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti" katanya padaku.
"Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi" pintaku pada Tante Erni.
Tante Erni pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante
Erni basah entah kenapa.
"Tante kencing yah?" tanyaku.
"Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampai-sampai celana dalam Tante
basah".

Dilepaskannya pula celana dalam Tante Erni dan mengelap vaginanya dengan
handukku. Lalu Tante Erni duduk di sampingku

"Lex pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap" katanya. Akupun
mulai memegang vagina Tante Erni dengan tangan yang agak gemetar, Tante
Erni hanya ketawa kecil.
"Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih" kata Tante Erni.
Dia mulai memegang penisku lagi, "Lex Tante mau itu nih".
"Mau apa Tante?"
"Itu tuh", aku bingung atas permintaan Tante Erni.
"Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?"
"Tapi Alex enggak bisa Tante caranya"
"Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah" kata Tante Erni
padaku.

Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga
enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina Tante Erni yang di
tumbuhi bulu halus.

"Lex jilatin donk punya Tante yah" katanya.
"Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi"
"Coba saja Lex"

Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Erni di atas
dan tanpa pikir panjang Tante Erni pun mulai mengulum penisku.

"Achh.. hgghhghh.. Tante"

Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Erni
tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya
vagina Tante Erni seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok
bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Erni sambil tanganku
melepaskan kaus u can see Tante Erni dan juga melepaskan kaitan BH-nya,
kini kami sama-sama telanjang bulat.

Tante Erni pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian
Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium
bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.

"Kamu tahu enggak mandi kucing Lex" kata Tante Erni.

Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Erni pun langsung menjilati
leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya
berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku,
terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras.
Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat
karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan
yang begitu dahsyat. Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa
mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus
sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan
anusku basah.

Kulihat payudara Tante Erni mengeras, Tante Erni menjilati sampai ke
betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok
penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Erni. Entah mengapa aku
jadi ingin menjilati vagina Tante Erni, langsung Tante Erni kubaringkan
dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Erni seperti menjilati es
krim.

"Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep
jilatin Lex" kata Tante Erni sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di
atas bibir vaginanya.

Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang
keluar dari vagina Tante Erni tanpa sengaja tertelan olehku.

"Lex masukin donk Tante enggak tahan nih"
"Tante gimana caranya?"

Tante Erni pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan
langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Erni naik turun
seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah
jam kami bergumul dan Tante Erni pun mengejang hebat.

"Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh" erang Tante Erni.

Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan
ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Erni. Hmm
sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Erni
mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Erni sudah
orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Erni tidak mencabut
penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.

"Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya" pinta Tante Erni padaku.

Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Ernipun
langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.

"Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg.." kataku dan tak lama aku
pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
"Tante Alex kayanya mau kencing niih"

Tante Erni pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket
dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama
menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang
pertama Tante Erni pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku
untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai
kenikmatan yang alang kepalang.

Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan
kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Erni
menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas
arahan Tante Erni yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1
siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Erni, setelah
itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Erni di
sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Erni.
Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas
permintaan Tante Erni, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi,
dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.

"Lex kamu sudah baikan?" tanya Mamiku.
"Sudah mam, aku sudah seger n fit nih" kataku.
"Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampai-sampai langsung sehat" tanya
Mami sama Tante Erni.
"Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat
anti panas" kata Tante Erni.

Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping
Tante Erni yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman
di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya
Tante Erni.

Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Erni bila
rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Erni. Sekali waktu
aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Erni
sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami
Tante Erni ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku
bingung akan status anak Tante Erni.

Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Erni
bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah
juga aku menemani seorang kenalan Tante Erni yang nasibnya sama seperti
Tante Erni, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat
obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.


*E N D*

Aku dan Teman Adikku

Pertama kali aku mengenal hubungan sexual yang sebenarnya terjadi pada
saat adik perempuanku memperkenalkan kepadaku seorang teman wanitanya.
Sejak pertama kali aku melihat, memang aku sangat tertarik pada wanita
ini, sebut saja namanya Nuke. Suatu saat Nuke datang ke rumahku untuk
bertemu dengan adikku yang kebetulan tidak berada di rumah. Karena sudah
akrab dengan keluargaku, meskipun di rumah aku sedang seorang diri,
kupersilakan Nuke masuk dan menunggu.

Tapi tiba-tiba ada pikiran nakal di otakku untuk nekat mendekati Nuke,
meskipun rasanya sangat tidak mungkin. Setelah berbasa-basi seperlunya,
kutawarkan dia untuk kuputarkan Blue Film. Mulanya dia menolak karena
malu, tapi penolakannya kupikir hanya basa-basi saja. Dengan sedikit
ketakutan akan datangnya orang lain ke rumahku, aku putarkan sebuah blue
film, lalu kutinggalkan dia menonton seorang diri dengan suatu harapan
dia akan terangsang. Benar saja pada saat aku keluar dari kamar, kulihat
wajah Nuke merah dan seperti menahan getaran. Aku mulai ikut duduk di
lantai dan menonton blue film tersebut. Jantungku berdegup sangat keras,
bukan karena menonton film tersebut, tapi karena aku sudah mulai nekat
untuk melakukannya, apapun resikonya kalau ditolak.
Kubilang pada Nuke, "Pegang dadaku.., rasanya deg-degan banget", sambil
kutarik tangannya untuk memegang dadaku. Dalam hitungan detik, tanpa
kami sadari, kami telah berciuman dengan penuh nafsu. Ini pengalaman
pertamaku berciuman dengan seorang perempuan, meskipun adegan seks telah
lama aku tahu (dan kuinginkan) dari berbagai film yang pernah kutonton.
Mulutnya yang kecil kukulum dengan penuh nafsu.

Dengan penuh rasa takut, tanganku mulai merayap ke bagian dadanya.
Ternyata Nuke tidak marah, malah kelihatan dia sangat menikmatinya.
Akhirnya kuremas-remas buah dadanya dengan lembut dan sedikit menekan.
Tanpa terasa kami sudah telanjang bulat berdua di tengah rumah. Setelah
puas aku mengulum puting susu dan meremas-remas buah dadanya, mulutku
kembali ke atas untuk mencium dan mengulum lidahnya. Sebentar kemudian
malah Nuke yang turun menciumi leher kemudian dadaku. Tapi sesuatu yang
tak pernah kubayangkan akan dilakukan seorang Nuke yang usianya relatif
masih sangat muda, ia terus turun menciumi perut sambil mulai
meremas-remas kemaluanku. Aku sudah sangat terangsang.

Kemudian mataku hampir saja keluar ketika mulutnya sampai pada batang
kemaluanku. Rasanya nikmat sekali. Belum pernah aku merasakan kenikmatan
yang sedemikian dahsyat. Ujung kemaluanku kemudian dikulum dengan penuh
nafsu. Nampak luwes sekali dia menciumi kemaluanku, aku tidak berpikir
lain selain terus menikmati hangatnya mulut Nuke di kemaluanku. Kupegang
rambutnya mengikuti turun naik dan memutarnya kepala Nuke dengan poros
batang kemaluanku.

Setelah sekian lama kemaluanku di lumatnya, aku merasakan sesuatu yang
sangat mendesak keluar dari kemaluanku tanpa mampu kutakah lagi. Kutahan
kepalanya agar tak diangkat pada saat spermaku keluar dan dengan menahan
napas aku mengeluarkan spermaku di mulutnya. Sebagian langsung tertelan
pada saat aku ejakulasi, selebihnya ditelan sebagian-sebagian seiring
dengan keluarnya spermaku tetes demi tetes.

Aku tertidur pulas tanpa ingat lagi bumi alam. Kurang lebih sepuluh
menit kemudian aku terbangun. Aku sangat kaget begitu kulihat tepat
dimukaku ternyata kemaluan Nuke. Rupanya pada saat aku tertidur, Nuke
terus menjilati kemaluanku sambil menggesek-gesekan kemaluannya pada
mulutku. Meskipun awalnya aku takut untuk mencoba menjilati kemaluannya,
tapi karena akupun terangsang lagi, maka kulumat kemaluannya dengan
penuh nafsu. Aku segera terangsang kembali karena pada saat aku menciumi
kemaluan Nuke, dia dengan ganas mencium dan menyedot kemaluanku dengan
kerasnya. Aku juga kadang merasakan Nuke menggigit kemaluanku dengan
keras sekali, sampai aku khawatir kemaluanku terpotong karenanya.

Setelah puas aku menjilati kemaluannya, aku mulai mengubah posisiku
untuk memasukkan kemaluanku pada kemaluannya. Tapi dia menolak dengan
keras. Ternyata dia masih perawan dan minta tolong padaku untuk tidak
membimbingnya supaya aku memasukkan kemaluanku pada kemaluannya.
Terpaksa aku menjepitkan kemaluanku di payudaranya yang besar dan ranum.
Sambil kugerakkan pantatku, ujung kemaluanku di kulum dan dilepas oleh
Nuke. Aku tidak mampu menahan aliran spermaku dan menyemprot pada muka
dan rambutnya. Aku melihat seberkas kekecewaan pada raut wajahnya. Saat
itu aku berpikir bahwa dia takut tidak mencapai kepuasan dengan
keluarnya spermaku yang kedua. Tanpa pikir panjang aku terus turun ke
arah kemaluannya dan menjilati dengan cepatnya.

Karena aku sudah tidak bernafsu lagi, kujilati kemaluannya sambil
berhitung untuk supaya aku terus mampu menjilati dalam keadaan tidak
bernafsu sama sekali. Pada hitungan ke 143 lidahku menjilati kemaluannya
(terakhir clitorisnya), dia mengerang dan menekan kepalaku dengan keras
dan menjerit. Dia langsung tertidur sampai aku merasa ketakutan
kalau-kalau ada orang datang. Kugendong Nuke ke tempat adikku dalam
keadaan tertidur dan kupakaikan baju, lalu kututup selimut, lantas aku
pergi ke rumah temanku untuk menghindari kecurigaan keluargaku. Inilah
pengalaman pertamaku yang tak akan pernah aku lupakan. Aku tidak yakin
apakah akan kualami kenikmatan ini lagi dalam hidupku.

*TAMAT*

Adik Kecilku

Aku kost di daerah Senayan, kamarku bersebelahan dengan kamar seorang
gadis manis yang masih kecil, tubuhnya mungil, putih bersih dan
senyumnya benar-benar mempesona. Dalam kamar kostku terdapat beberapa
lubang angin sebagai ventilasi. Mulanya lubang itu kututup dengan kertas
putih.., tapi setelah gadis manis itu kost di sebelah kamarku, maka
kertas putih itu aku lepas, sehingga aku dapat bebas dan jelas melihat
apa yang terjadi pada kamar di sebelahku itu.

Suatu malam aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku dibuka, lalu
aku seperti biasanya naik ke atas meja untuk mengintip. Ternyata gadis
itu baru pulang dari sekolahnya.., tapi kok sampai larut malam begini
tanyaku dalam hati. Gadis manis itu yang belakangan namanya kuketahui
yaitu Melda, menaruh tasnya lalu mencopot sepatunya kemudian mengambil
segelas air putih dan meminumnya.., akhirnya dia duduk di kursi sambil
mengangkat kakinya menghadap pada lubang angin tempat aku mengintip.
Melda sama sekali tidak bisa melihat ke arahku karena lampu kamarku
telah kumatikan sehingga malah aku yang dapat leluasa melihat ke dalam
kamarnya.

Pada posisi kakinya yang diangkat di atas kursi, terlihat jelas celana
dalamnya yang putih dengan gundukan kecil di tengahnya.., lalu saja
tiba-tiba penisku yang berada dalam celanaku otomatis mulai ereksi.
Mataku mulai melotot melihat keindahan yang tiada duanya, apalagi ketika
Melda lalu bangkit dari kursi dan mulai melepaskan baju dan rok
sekolahnya sehingga kini tinggal BH dan celana dalamnya. Sebentar dia
bercermin memperhatikan tubuhnya yang ramping putih dan tangannya mulai
meluncur pada payudaranya yang ternyata masih kecil juga. Diusapnya
payudaranya dengan lembut. Dipuntirnya pelan puting susunya sambil
memejamkan mata, rupanya dia mulai merasakan nikmat, lalu tangan satunya
meluncur ke bawah, ke celana dalamnya digosoknya dengan pelan, tangannya
mulai masuk ke celananya dan bermain lama. Aku bergetar lemas
melihatnya, sedangkan penisku sudah sangat tegang sekali. Lalu kulihat
Melda mulai melepaskan celana dalamnya dan.., Woww, belum ada bulunya
sama sekali, sebuah vagina yang menggunduk seperti gunung kecil yang tak
berbulu. Ohh, begitu indah, begitu mempesona. Lalu kulihat Melda naik ke
tempat tidur, menelungkup dan menggoyangkan pantatnya ibarat sedang
bersetubuh.

Melda menggoyang pantatnya ke kiri, ke kanan.., naik dan turun..,
rupanya sedang mencari kenikmatan yang ingin sekali dia rasakan, tapi
sampai lama Melda bergoyang rupanya kenikmatan itu belum dicapainya,
Lalu dia bangkit dan menuju kursi dan ditempelkannya vaginanya pada
ujung kursi sambil digoyang dan ditekan maju mundur. Kasihan Melda..,
rupanya dia sedang terangsang berat.., suara nafasnya yang ditahan
menggambarkan dia sedang berusaha meraih dan mencari kenikmatan surga,
Namun belum juga selesai, Melda kemudian mengambil spidol.., dibasahi
dengan ludahnya lalu pelan-pelan spidol itu dimasukan ke lubang
vaginanya, begitu spidol itu masuk sekitar satu atau dua centi matanya
mulai merem melek dan erangan nafasnya makin memburu, "Ahh.., ahh", Lalu
dicopotnya spidol itu dari vaginanya, sekarang jari tengahnya mulai juga
dicolokkan ke dalam vaginanya.., pertama.., jari itu masuk sebatas
kukunya kemudian dia dorong lagi jarinya untuk masuk lebih dalam yaitu
setengahnya, dia melenguh, "Oohh.., ohh.., ahh", tapi heran aku jadinya,
jari tengahnya dicabut lagi dari vaginanya, kurang nikmat rupanya..,
lalu dia melihat sekeliling mencari sesuatu.., aku yang menyaksikan
semua itu betul-betul sudah tidak tahan lagi.

Penisku sudah sangat mengeras dan tegang luar biasa, lalu kubuka celana
dalamku dan sekarang penisku bebas bangun lebih gagah, lebih besar lagi
ereksinya melihat vagina si Melda yang sedang terangsang itu. Lalu aku
mengintip lagi dan sekarang Melda rupanya sedang menempelkan vaginanya
yang bahenol itu pada ujung meja belajarnya. Kini gerakannya maju mundur
sambil menekannya dengan kuat, lama dia berbuat seperti itu.., dan
tiba-tiba dia melenguh, "Ahh.., ahh.., ahh", rupanya dia telah mencapai
kenikmatan yang dicari-carinya.

Setelah selesai, dia lalu berbaring di tempat tidurnya dengan nafas yang
tersengal-sengal. Kini posisinya tepat berada di depan pandanganku.
Kulihat vaginanya yang berubah warna menjadi agak kemerah-merahan karena
digesek terus dengan ujung kursi dan meja. Terlihat jelas vaginanya yang
menggembung kecil ibarat kue apem yang ingin rasanya kutelan, kulumat
habis.., dan tanpa terasa tanganku mulai menekan biji penisku dan
kukocok penisku yang sedang dalamn posisi "ON". Kuambil sedikit krim
pembersih muka dan kuoleskan pada kepala penisku, lalu kukocok terus,
kukocok naik turun dan, "Akhh", aku mengeluh pendek ketika air maniku
muncrat ke tembok sambil mataku tetap menatap pada vagina Melda yang
masih telentang di tempat tidurnya. Nikmat sekali rasanya onani sambil
menyaksikan Melda yang masih berbaring telanjang bulat. Kuintip lagi
pada lubang angin, dan rupanya dia ketiduran, mungkin capai dan lelah.

Esok harinya aku bangun kesiangan, lalu aku mandi dan buru-buru
berangkat ke kantor. Di kantor seperti biasa banyak kerjaan menumpuk dan
rasanya sampai jam sembilan malam aku baru selesai. Meja kubereskan,
komputer kumatikan dan aku pulang naik taksi dan sekitar jam sepuluh aku
sampai ke tempat kostku. Setelah makan malam tadi di jalanan, aku masih
membuka kulkas dan meminum bir dingin yang tinggal dua botol. Aku duduk
dan menyalakan TV, ku-stel volumenya cukup pelan. Aku memang orang yang
tidak suka berisik, dalam bicarapun aku senang suara yang pelan, kalau
ada wanita di kantorku yang bersuara keras, aku langsung menghindar, aku
tidak suka. Acara TV rupanya tidak ada yang bagus, lalu kuingat kamar
sebelahku, Melda.., yang tadi malam telah kusaksikan segalanya yang
membuat aku sangat ingin memilikinya

Aku naik ke tempat biasa dan mulai lagi mengintip ke kamar sebelah.
Melda yang cantik itu kulihat tengah tidur di kasurnya, kulihat nafasnya
yang teratur naik turun menandakan bahwa dia sedang betul-betul tidur
pulas.

Tiba-tiba nafsu jahilku timbul, dan segera kuganti celana panjangku
dengan celana pendek dan dalam celana pendek itu aku tidak memakai
celana dalam lagi, aku sudah nekat, kamar kostku kutinggalkan dan aku
pura-pura duduk di luar kamar sambil merokok sebatang ji sam su. Setelah
kulihat situasinya aman dan tidak ada lagi orang, ternyata pintunya
tidak di kunci, mungkin dia lupa atau juga memang sudah ngantuk sekali,
jadi dia tidak memikirkan lagi tentang kunci pintu.

Dengan berjingkat, aku masuk ke kamarnya dan pintu langsung kukunci
pelan dari dalam, kuhampiri tempat tidurnya, lalu aku duduk di tempat
tidurnya memandangi wajahnya yang mungil dan, "Alaamaak", Melda memakai
daster yang tipis, daster yang tembus pandang sehingga celana dalamnya
yang sekarang berwarna merah muda sangat jelas terbayang di hadapanku.
"Ohh.., glekk", aku menelan ludah sendiri dan repotnya, penisku langsung
tegang sempurna sehingga keluar dari celana pendekku. Kulihat wajahnya,
matanya, alisnya yang tebal, dan hidungnya yang mancung agak sedikit
menekuk tanda bahwa gadis ini mempunyai nafsu besar dalam seks, itu
memang rahasia lelaki bagi yang tahu. Ingin rasanya aku langsung
menubruk dan mejebloskan penisku ke dalam vaginanya, tapi aku tidak mau
ceroboh seperti itu.

Setelah aku yakin bahwa Melda benar-benar sudah pulas, pelan-pelan
kubuka tali dasternya, dan terbukalah, lalu aku sampirkan ke samping.
Kini kulihat pahanya yang putih kecil dan padat itu. Sungguh suatu
pemandangan yang sangat menakjubkan, apalagi celana dalamnya yang mini
membuat gundukan kecil ibarat gunung merapi yang masih ditutupi oleh
awan membuat penisku mengejat-ngejat dan mengangguk-ngangguk.
Pelan-pelan tanganku kutempelkan pada vaginanya yang masih tertutup itu,
aku diam sebentar takut kalau kalau Melda bangun, aku bisa kena malu,
tapi rupanya Melda benar-benar tertidur pulas, lalu aku mulai menyibak
celana dalamnya dan melihat vaginanya yang mungil, lucu, menggembung,
ibarat kue apem yang ujungnya ditempeli sebuah kacang.

"Huaa", aku merinding dan gemetar, kumainkan jariku pada pinggiran
vaginanya, kuputar terus, kugesek pelan, sekali-sekali kumasukkan jariku
pada lubang kecil yang betul-betul indah, bulunyapun masih tipis dan
lembut. Penisku rasanya makin ereksi berat, aku mendesah lembut. Ahh,
indahnya kau Melda, betapa kuingin memilikimu, aku menyayangimu, cintaku
langsung hanya untukmu. Oh, aku terperanjat sebentar ketika Melda
bergerak, rupanya dia menggerakkan tangannya sebentar tanpa sadar,
karena aku mendengar nafasnya yang teratur berarti dia sedang tidur pulas.

Lalu dengan nekatnya kuturunkan celana dalamnya perlahan tanpa bunyi,
pelan, pelan, dan lepaslah celana dalam dari tempatnya, kemudian kulepas
dari kakinya sehingga kini melda benar-benar telanjang bulat.

Luar biasa, indah sekali bentuknya, dari kaki sampai wajahnya kutatap
tak berkedip. Payudaranya yang masih berupa puting itu sangat indah
sekali. Akh, sangat luar biasa, pelan-pelan kutempelkan wajahku pada
vaginanya yang merekah bak bunga mawar, kuhirup aroma wanginya yang
khas. Oh, aku benar-benar tidak tahan, lalu lidahku kumainkan di sekitar
vaginanya. Aku memang terkenal sebagai si pandai lidah, karena setiap
wanita yang sudah pernah kena lidahku atau jilatanku pasti akan
ketagihan, aku memang jago memainkan lidah, maka aku praktekan pada
vagina si Melda ini. Lereng gunung vaginanya kusapu dengan lidahku,
kuayun lidahku pada pinggiran lalu sekali-kali sengaja kusenggol
clitorisnya yang indah itu.

Kemudian gua kecil itu kucolok lembut dengan lidahku yang sengaja kuulur
panjang, aku usap terus, aku colok terus, kujelajahi gua indahnya
sehingga lama-kelamaan gua itu mulai basah, lembab dan berair. Oh,
nikmatnya air itu, aroma yang khas membuatku terkejet-kejet, penisku
sudah tidak sabar lagi, tapi aku masih takut kalau kalau Melda terbangun
bisa runyam nanti, tapi desakan kuat pada penisku sudah sangat besar
sekali. Nafasku benar-benar tidak karuan, tapi kulihat Melda masih tetap
saja pulas tidurnya.-Akupun lebih bersemangat lagi, sekarang semua
kemampuan lidahku kupraktekan saat ini juga, luar biasa memang, vagina
yang mungil, vagina yang indah, vagina yang sudah basah. Rasanya seperti
sudah siap menanti tibanya senjataku yang sudah berontak untuk menerobos
gua indah misterius yang ditumbuhi rumput tipis milik Melda, namun
kutahan sebentar, karena lidahku dan jilatanku masih asyik bermain di
sana, masih memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa bagi Melda.

Sayang Melda tertidur pulas, andaikata Melda dapat merasakan dalam
keadaan sadar pasti sangat luar biasa kenikmatan yang sedang
dirasakannya itu, tapi walaupun Melda saat ini sedang tertidur pulas
secara psycho seks yang berjalan secara alami dan biologis,..nikmat yang
amat sangat itu pasti terbawa dalam mimpinya, itu pasti dan pasti,
walaupun yang dirasakannya sekarang ini hanya sekitar 25%, Buktinya
dengan nafasnya yang mulai tersengal dan tidak teratur serta vaginanya
yang sudah basah, itu menandakan faktor psycho tsb sudah bekerja dengan
baik. Sehingga nikmat yang luar biasa itu masih dapat dirasakan
seperempatnya dari keseluruhannya kalau di saat sadar.

Akhirnya Karena kupikir sudah cukup rasanya lidahku bermain di
vaginanya, maka pelan-pelan penisku yang memang sudah minta terus sejak
tadi kuoles-oleskan dulu sesaat pada ujung vaginanya, lalu pada
clitorisnya yang mulai memerah karena nafsu, rasa basah dan hangat pada
vaginanya membuat penisku bergerak sendiri otomatis seperti mencari-cari
lubang gua dari titik nikmat yang ada di vaginanya. Dan ketika penisku
dirasa sudah cukup bermain di daerah istimewanya, maka dengan hati-hati
namun pasti penisku kumasukan perlahan-lahan ke dalam vaginanya..,
pelan, pelan dan, "sleepp.., slesepp", kepala penisku yang gundul sudah
tidak kelihatan karena batas di kepala penisku sudah masuk ke dalam
vagina Melda yang hangat nikmat itu.

Lalu kuperhatikan sebentar wajahnya, Masih!, dia, Melda masih pulas
saja, hanya sesaat saja kadang nafasnya agak sedikit tersendat,
"Ehhss.., ehh.., ss", seperti orang ngigau. Lalu kucabut lagi penisku
sedikit dan kumasukkan lagi agak lebih dalam kira-kira hampir
setengahnya, "Akhh.., ahh, betapa nikmatnya, betapa enaknya vaginamu
Melda, betapa seretnya lubangmu sayang". Oh, gerakanku terhenti
sebentar, kutatap lagi wajahnya yang betul-betul cantik yang
mencerminkan sumber seks yang luar biasa dari wajah mata dan hidungnya
yang agak menekuk sedikit,.. ohh Melda, betapa sempurnanya tubuhmu,
betapa enaknya vaginamu, betapa nikmatnya lubangmu. Oh, apapun yang
terjadi aku akan bertanggung jawab untuk semuanya ini. Aku sangat
menyayangimu.

Lalu kembali kutekan agak dalam lagi penisku supaya bisa masuk lebih
jauh lagi ke dalam vaginanya, "Bleess.., blessess", "Akhh.., akhh",
sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali vaginanya, belum pernah selama
ini ada wanita yang mempunyai vagina seenak dan segurih milik Melda ini.

Ketika kumasukan penisku lebih dalam lagi, kulihat Melda agak tersentak
sedikit, mungkin dalam mimpinya dia merasakan kaget dan nikmat juga yang
luar biasa dan nikmat yang amat sangat ketika senjataku betul-betul
masuk, lagi-lagi dia mengerang, erangan nikmat, erangan sorga yang aku
yakin sekali bahwa melda pasti merasakannya walaupun dirasa dalam tidurnya.

Akupun demikian, ketika penisku sudah masuk semua ke dalam vaginanya,
kutekan lagi sampai terbenam habis, lalu kuangkat lagi dan kubenamkan
lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas dan bawah,
gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh
vagina Melda ini, aneh sangat luar biasa, vaginanya sangat menggigit
lembut, menghisap pelan serta lembut dan meremas senjataku dengan lembut
dan kasih sayang. Benar-benar vagina yang luar biasa. Oh Melda, tak akan
kutinggalkan kamu.

Lalu dengan lebih semangat lagi aku mendayung dengan kecepatan yang
taktis sambil membuat goyangan dan gerakan yang memang sudah kuciptakan
sebagai resep untuk memuaskan melda ini. Akhirnya senjataku kubenamkan
habis ke dasar vaginanya yang lembut, habis kutekan penisku dalam-dalam.
Aakh, sumur Melda memang bukan main, walaupun lubang vaginanya itu kecil
tetapi aneh dapat menampung senjata meriam milikku yang kurasa cukup
besar dan panjang, belum lagi dengan urat-urat yang tumbuh di sekitar
batang penisku ini, vagina yang luar biasa.

Lama-kelamaan, ketika penisku benar-benar kuhunjamkan habis dalam-dalam
pada vaginanya, aku mulai merasakan seperti rasa nikmat yang luar biasa,
yang akan muncrat dari lubang perkencinganku. "Ohh.., ohh", kupercepat
gerakanku naik turun, dan akhirnya muncratlah air maniku di dalam
vaginanya yang sempit itu. Aku langsung lemas, dan segera kucabut
penisku itu, takut Melda terbangun.

Dan setelah selesai, aku segera merapikan lagi. Celana dalamnya
kupakaikan lagi, begitu juga dengan dasternya juga aku kenakan lagi
padanya. Sebelum kutinggalkan, aku kecup dulu keningnya sebagai tanda
sayang dariku, sayang yang betul-betul timbul dari diriku, dan akhirnya
pelan-pelan kamarnya kutinggalkan dan pintunya kututup lagi. Aku masuk
lagi ke kamarku, berbaring di tempat tidurku, sambil menerawang, aku
menghayati permainan tadi. Oh, sungguh suatu kenikmatan yang tiada
taranya. Dan Akupun tertidur dengan pulas.

Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi, mandi dan siap berangkat
ke kantor, namun ketika hendak menutup pintu kamar, tiba-tiba Melda
keluar dan tersenyum padaku.
"Mau berangkat Pak?", tanyanya, aku dengan gugup akhirnya mengiyakan
ucapannya, lalu kujawab dengan pertanyaan lagi.
"Kok Melda nggak sekolah?".
"Nanti Pak, Melda giliran masuk siang", akupun tersenyum dan Meldapun
lalu bergegas ke depan rumah, rupanya mau mencari tukang bubur ayam,
perutnya lapar barangkali. Taxi kucegat dan aku langsung berangkat ke
kantor.

*TAMAT*

ABG Tetangga

Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi
penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera
disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong.
Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena
ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya.
Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang.
Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa
berdenyut-denyut bagian pucuknya.
"Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD
porno seharian", gumamku.

Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es
lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi
ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali
berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir
untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin.
Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang.
Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi
istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak
karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap. "Sekarang minta jatah..".
Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan
membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh.

Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan
pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat.
"Selamat sore Om. Tante ada?"
"Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?"
"Wah gimana ya.."
"Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa", kataku ramah.

ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi
kosong sebelahku.
"Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu", tuturku
sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.
"Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru.."
"Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak
mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
"Apa saja. Pokoknya yang terbaru".
"Oke silakan masuk dan pilih sendiri".

Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu
mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti.
"Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku, kemudian membanting
pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan
majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya
dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya
padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya. Kulitnya putih bersih.
Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang
itu.

"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya menyentak lamunan nakalku.
"Ngg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana"
Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke
rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru
kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal.
Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamar
tidurku. Setan berbisik di telingaku, "inilah kesempatan bagi penismu
agar berhenti berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku
sendiri? Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan".

Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu
berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci
pelan-pelan.
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.
"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.
"Mau lihat CD bagus nggak?"
"CD apa Om?"
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."

Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku
memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.
"Film apa sih Om?"
"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil duduk di sampingnya. Dia
tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.
"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan
orang bersetubuh.
"Bagus kan?"
"Ini kan film porno Om?!"
"Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak
berusaha memalingkan pandangannya.

Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari
belakang.
"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di telinganya.
"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari
lehernya.
Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat berusaha lepas dari
belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia
melenguh dan hendak memberontak.
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah pengalaman.."

Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat
jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang. Tampak
birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang
tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah
pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.

"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil berusaha merapatkan kedua
kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian
kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal
kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi
bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil. Tak menunggu lebih
lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku
mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus
menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian
kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan
lebih keras lagi.

Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding vaginanya
yang mulai basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG itu
kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu
aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian BH
hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih
keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan
mencium putingnya yang kecil.

"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan
kenikmatan tiada tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan.
"Enak kan beginian?" tanyaku sambil menatap wajahnya.
"Iii.. iya Om. Tapi.."
"Kamu pengin lebih enak lagi?"

Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua
kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah. Penisku
pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati.
Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku
kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup,
penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat
kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang. Kemudian kucoba masuk
perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit
kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit
lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar
karena dia tampak menahan nyeri.

"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil mencium bibirnya sekilas.
Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya.
Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada
kemajuan. Leher penisku mulai masuk.
"Auw.. sakit Om.." Renny menjerit tertahan.
Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku
yang berukuran sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu
seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya..
"Ouu..", dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah aku
telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.

Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan.
Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.
"Ahh.. ohh.. asshh..", dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun
naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin
keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu.
Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke
pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.

"Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?"
"Ouu enak sekali Om.."
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi
kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia
mulai bisa menikmati. Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.

Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku
muncrat membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi
perawan. Sungguh-sungguh beruntung aku ini.
"Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?" tanyaku sambil memeluk
tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks.
"Tapi takut Om.."
"Nggak usah takut. Takut apa sih?"
"Hamil"
Aku ketawa. "Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin
hamil dong"
Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa
meredakan adik kecilku.

"Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya
lewat CD".
"Kalau ketahuan Tante gimana?"
"Ya jangan sampai ketahuan dong"
Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny kugenjot
dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku
leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya. Betapa
nikmatnya memerawani ABG tetangga.

*TAMAT*