Senin, 05 November 2007

Adik Kecilku

Aku kost di daerah Senayan, kamarku bersebelahan dengan kamar seorang
gadis manis yang masih kecil, tubuhnya mungil, putih bersih dan
senyumnya benar-benar mempesona. Dalam kamar kostku terdapat beberapa
lubang angin sebagai ventilasi. Mulanya lubang itu kututup dengan kertas
putih.., tapi setelah gadis manis itu kost di sebelah kamarku, maka
kertas putih itu aku lepas, sehingga aku dapat bebas dan jelas melihat
apa yang terjadi pada kamar di sebelahku itu.

Suatu malam aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku dibuka, lalu
aku seperti biasanya naik ke atas meja untuk mengintip. Ternyata gadis
itu baru pulang dari sekolahnya.., tapi kok sampai larut malam begini
tanyaku dalam hati. Gadis manis itu yang belakangan namanya kuketahui
yaitu Melda, menaruh tasnya lalu mencopot sepatunya kemudian mengambil
segelas air putih dan meminumnya.., akhirnya dia duduk di kursi sambil
mengangkat kakinya menghadap pada lubang angin tempat aku mengintip.
Melda sama sekali tidak bisa melihat ke arahku karena lampu kamarku
telah kumatikan sehingga malah aku yang dapat leluasa melihat ke dalam
kamarnya.

Pada posisi kakinya yang diangkat di atas kursi, terlihat jelas celana
dalamnya yang putih dengan gundukan kecil di tengahnya.., lalu saja
tiba-tiba penisku yang berada dalam celanaku otomatis mulai ereksi.
Mataku mulai melotot melihat keindahan yang tiada duanya, apalagi ketika
Melda lalu bangkit dari kursi dan mulai melepaskan baju dan rok
sekolahnya sehingga kini tinggal BH dan celana dalamnya. Sebentar dia
bercermin memperhatikan tubuhnya yang ramping putih dan tangannya mulai
meluncur pada payudaranya yang ternyata masih kecil juga. Diusapnya
payudaranya dengan lembut. Dipuntirnya pelan puting susunya sambil
memejamkan mata, rupanya dia mulai merasakan nikmat, lalu tangan satunya
meluncur ke bawah, ke celana dalamnya digosoknya dengan pelan, tangannya
mulai masuk ke celananya dan bermain lama. Aku bergetar lemas
melihatnya, sedangkan penisku sudah sangat tegang sekali. Lalu kulihat
Melda mulai melepaskan celana dalamnya dan.., Woww, belum ada bulunya
sama sekali, sebuah vagina yang menggunduk seperti gunung kecil yang tak
berbulu. Ohh, begitu indah, begitu mempesona. Lalu kulihat Melda naik ke
tempat tidur, menelungkup dan menggoyangkan pantatnya ibarat sedang
bersetubuh.

Melda menggoyang pantatnya ke kiri, ke kanan.., naik dan turun..,
rupanya sedang mencari kenikmatan yang ingin sekali dia rasakan, tapi
sampai lama Melda bergoyang rupanya kenikmatan itu belum dicapainya,
Lalu dia bangkit dan menuju kursi dan ditempelkannya vaginanya pada
ujung kursi sambil digoyang dan ditekan maju mundur. Kasihan Melda..,
rupanya dia sedang terangsang berat.., suara nafasnya yang ditahan
menggambarkan dia sedang berusaha meraih dan mencari kenikmatan surga,
Namun belum juga selesai, Melda kemudian mengambil spidol.., dibasahi
dengan ludahnya lalu pelan-pelan spidol itu dimasukan ke lubang
vaginanya, begitu spidol itu masuk sekitar satu atau dua centi matanya
mulai merem melek dan erangan nafasnya makin memburu, "Ahh.., ahh", Lalu
dicopotnya spidol itu dari vaginanya, sekarang jari tengahnya mulai juga
dicolokkan ke dalam vaginanya.., pertama.., jari itu masuk sebatas
kukunya kemudian dia dorong lagi jarinya untuk masuk lebih dalam yaitu
setengahnya, dia melenguh, "Oohh.., ohh.., ahh", tapi heran aku jadinya,
jari tengahnya dicabut lagi dari vaginanya, kurang nikmat rupanya..,
lalu dia melihat sekeliling mencari sesuatu.., aku yang menyaksikan
semua itu betul-betul sudah tidak tahan lagi.

Penisku sudah sangat mengeras dan tegang luar biasa, lalu kubuka celana
dalamku dan sekarang penisku bebas bangun lebih gagah, lebih besar lagi
ereksinya melihat vagina si Melda yang sedang terangsang itu. Lalu aku
mengintip lagi dan sekarang Melda rupanya sedang menempelkan vaginanya
yang bahenol itu pada ujung meja belajarnya. Kini gerakannya maju mundur
sambil menekannya dengan kuat, lama dia berbuat seperti itu.., dan
tiba-tiba dia melenguh, "Ahh.., ahh.., ahh", rupanya dia telah mencapai
kenikmatan yang dicari-carinya.

Setelah selesai, dia lalu berbaring di tempat tidurnya dengan nafas yang
tersengal-sengal. Kini posisinya tepat berada di depan pandanganku.
Kulihat vaginanya yang berubah warna menjadi agak kemerah-merahan karena
digesek terus dengan ujung kursi dan meja. Terlihat jelas vaginanya yang
menggembung kecil ibarat kue apem yang ingin rasanya kutelan, kulumat
habis.., dan tanpa terasa tanganku mulai menekan biji penisku dan
kukocok penisku yang sedang dalamn posisi "ON". Kuambil sedikit krim
pembersih muka dan kuoleskan pada kepala penisku, lalu kukocok terus,
kukocok naik turun dan, "Akhh", aku mengeluh pendek ketika air maniku
muncrat ke tembok sambil mataku tetap menatap pada vagina Melda yang
masih telentang di tempat tidurnya. Nikmat sekali rasanya onani sambil
menyaksikan Melda yang masih berbaring telanjang bulat. Kuintip lagi
pada lubang angin, dan rupanya dia ketiduran, mungkin capai dan lelah.

Esok harinya aku bangun kesiangan, lalu aku mandi dan buru-buru
berangkat ke kantor. Di kantor seperti biasa banyak kerjaan menumpuk dan
rasanya sampai jam sembilan malam aku baru selesai. Meja kubereskan,
komputer kumatikan dan aku pulang naik taksi dan sekitar jam sepuluh aku
sampai ke tempat kostku. Setelah makan malam tadi di jalanan, aku masih
membuka kulkas dan meminum bir dingin yang tinggal dua botol. Aku duduk
dan menyalakan TV, ku-stel volumenya cukup pelan. Aku memang orang yang
tidak suka berisik, dalam bicarapun aku senang suara yang pelan, kalau
ada wanita di kantorku yang bersuara keras, aku langsung menghindar, aku
tidak suka. Acara TV rupanya tidak ada yang bagus, lalu kuingat kamar
sebelahku, Melda.., yang tadi malam telah kusaksikan segalanya yang
membuat aku sangat ingin memilikinya

Aku naik ke tempat biasa dan mulai lagi mengintip ke kamar sebelah.
Melda yang cantik itu kulihat tengah tidur di kasurnya, kulihat nafasnya
yang teratur naik turun menandakan bahwa dia sedang betul-betul tidur
pulas.

Tiba-tiba nafsu jahilku timbul, dan segera kuganti celana panjangku
dengan celana pendek dan dalam celana pendek itu aku tidak memakai
celana dalam lagi, aku sudah nekat, kamar kostku kutinggalkan dan aku
pura-pura duduk di luar kamar sambil merokok sebatang ji sam su. Setelah
kulihat situasinya aman dan tidak ada lagi orang, ternyata pintunya
tidak di kunci, mungkin dia lupa atau juga memang sudah ngantuk sekali,
jadi dia tidak memikirkan lagi tentang kunci pintu.

Dengan berjingkat, aku masuk ke kamarnya dan pintu langsung kukunci
pelan dari dalam, kuhampiri tempat tidurnya, lalu aku duduk di tempat
tidurnya memandangi wajahnya yang mungil dan, "Alaamaak", Melda memakai
daster yang tipis, daster yang tembus pandang sehingga celana dalamnya
yang sekarang berwarna merah muda sangat jelas terbayang di hadapanku.
"Ohh.., glekk", aku menelan ludah sendiri dan repotnya, penisku langsung
tegang sempurna sehingga keluar dari celana pendekku. Kulihat wajahnya,
matanya, alisnya yang tebal, dan hidungnya yang mancung agak sedikit
menekuk tanda bahwa gadis ini mempunyai nafsu besar dalam seks, itu
memang rahasia lelaki bagi yang tahu. Ingin rasanya aku langsung
menubruk dan mejebloskan penisku ke dalam vaginanya, tapi aku tidak mau
ceroboh seperti itu.

Setelah aku yakin bahwa Melda benar-benar sudah pulas, pelan-pelan
kubuka tali dasternya, dan terbukalah, lalu aku sampirkan ke samping.
Kini kulihat pahanya yang putih kecil dan padat itu. Sungguh suatu
pemandangan yang sangat menakjubkan, apalagi celana dalamnya yang mini
membuat gundukan kecil ibarat gunung merapi yang masih ditutupi oleh
awan membuat penisku mengejat-ngejat dan mengangguk-ngangguk.
Pelan-pelan tanganku kutempelkan pada vaginanya yang masih tertutup itu,
aku diam sebentar takut kalau kalau Melda bangun, aku bisa kena malu,
tapi rupanya Melda benar-benar tertidur pulas, lalu aku mulai menyibak
celana dalamnya dan melihat vaginanya yang mungil, lucu, menggembung,
ibarat kue apem yang ujungnya ditempeli sebuah kacang.

"Huaa", aku merinding dan gemetar, kumainkan jariku pada pinggiran
vaginanya, kuputar terus, kugesek pelan, sekali-sekali kumasukkan jariku
pada lubang kecil yang betul-betul indah, bulunyapun masih tipis dan
lembut. Penisku rasanya makin ereksi berat, aku mendesah lembut. Ahh,
indahnya kau Melda, betapa kuingin memilikimu, aku menyayangimu, cintaku
langsung hanya untukmu. Oh, aku terperanjat sebentar ketika Melda
bergerak, rupanya dia menggerakkan tangannya sebentar tanpa sadar,
karena aku mendengar nafasnya yang teratur berarti dia sedang tidur pulas.

Lalu dengan nekatnya kuturunkan celana dalamnya perlahan tanpa bunyi,
pelan, pelan, dan lepaslah celana dalam dari tempatnya, kemudian kulepas
dari kakinya sehingga kini melda benar-benar telanjang bulat.

Luar biasa, indah sekali bentuknya, dari kaki sampai wajahnya kutatap
tak berkedip. Payudaranya yang masih berupa puting itu sangat indah
sekali. Akh, sangat luar biasa, pelan-pelan kutempelkan wajahku pada
vaginanya yang merekah bak bunga mawar, kuhirup aroma wanginya yang
khas. Oh, aku benar-benar tidak tahan, lalu lidahku kumainkan di sekitar
vaginanya. Aku memang terkenal sebagai si pandai lidah, karena setiap
wanita yang sudah pernah kena lidahku atau jilatanku pasti akan
ketagihan, aku memang jago memainkan lidah, maka aku praktekan pada
vagina si Melda ini. Lereng gunung vaginanya kusapu dengan lidahku,
kuayun lidahku pada pinggiran lalu sekali-kali sengaja kusenggol
clitorisnya yang indah itu.

Kemudian gua kecil itu kucolok lembut dengan lidahku yang sengaja kuulur
panjang, aku usap terus, aku colok terus, kujelajahi gua indahnya
sehingga lama-kelamaan gua itu mulai basah, lembab dan berair. Oh,
nikmatnya air itu, aroma yang khas membuatku terkejet-kejet, penisku
sudah tidak sabar lagi, tapi aku masih takut kalau kalau Melda terbangun
bisa runyam nanti, tapi desakan kuat pada penisku sudah sangat besar
sekali. Nafasku benar-benar tidak karuan, tapi kulihat Melda masih tetap
saja pulas tidurnya.-Akupun lebih bersemangat lagi, sekarang semua
kemampuan lidahku kupraktekan saat ini juga, luar biasa memang, vagina
yang mungil, vagina yang indah, vagina yang sudah basah. Rasanya seperti
sudah siap menanti tibanya senjataku yang sudah berontak untuk menerobos
gua indah misterius yang ditumbuhi rumput tipis milik Melda, namun
kutahan sebentar, karena lidahku dan jilatanku masih asyik bermain di
sana, masih memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa bagi Melda.

Sayang Melda tertidur pulas, andaikata Melda dapat merasakan dalam
keadaan sadar pasti sangat luar biasa kenikmatan yang sedang
dirasakannya itu, tapi walaupun Melda saat ini sedang tertidur pulas
secara psycho seks yang berjalan secara alami dan biologis,..nikmat yang
amat sangat itu pasti terbawa dalam mimpinya, itu pasti dan pasti,
walaupun yang dirasakannya sekarang ini hanya sekitar 25%, Buktinya
dengan nafasnya yang mulai tersengal dan tidak teratur serta vaginanya
yang sudah basah, itu menandakan faktor psycho tsb sudah bekerja dengan
baik. Sehingga nikmat yang luar biasa itu masih dapat dirasakan
seperempatnya dari keseluruhannya kalau di saat sadar.

Akhirnya Karena kupikir sudah cukup rasanya lidahku bermain di
vaginanya, maka pelan-pelan penisku yang memang sudah minta terus sejak
tadi kuoles-oleskan dulu sesaat pada ujung vaginanya, lalu pada
clitorisnya yang mulai memerah karena nafsu, rasa basah dan hangat pada
vaginanya membuat penisku bergerak sendiri otomatis seperti mencari-cari
lubang gua dari titik nikmat yang ada di vaginanya. Dan ketika penisku
dirasa sudah cukup bermain di daerah istimewanya, maka dengan hati-hati
namun pasti penisku kumasukan perlahan-lahan ke dalam vaginanya..,
pelan, pelan dan, "sleepp.., slesepp", kepala penisku yang gundul sudah
tidak kelihatan karena batas di kepala penisku sudah masuk ke dalam
vagina Melda yang hangat nikmat itu.

Lalu kuperhatikan sebentar wajahnya, Masih!, dia, Melda masih pulas
saja, hanya sesaat saja kadang nafasnya agak sedikit tersendat,
"Ehhss.., ehh.., ss", seperti orang ngigau. Lalu kucabut lagi penisku
sedikit dan kumasukkan lagi agak lebih dalam kira-kira hampir
setengahnya, "Akhh.., ahh, betapa nikmatnya, betapa enaknya vaginamu
Melda, betapa seretnya lubangmu sayang". Oh, gerakanku terhenti
sebentar, kutatap lagi wajahnya yang betul-betul cantik yang
mencerminkan sumber seks yang luar biasa dari wajah mata dan hidungnya
yang agak menekuk sedikit,.. ohh Melda, betapa sempurnanya tubuhmu,
betapa enaknya vaginamu, betapa nikmatnya lubangmu. Oh, apapun yang
terjadi aku akan bertanggung jawab untuk semuanya ini. Aku sangat
menyayangimu.

Lalu kembali kutekan agak dalam lagi penisku supaya bisa masuk lebih
jauh lagi ke dalam vaginanya, "Bleess.., blessess", "Akhh.., akhh",
sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali vaginanya, belum pernah selama
ini ada wanita yang mempunyai vagina seenak dan segurih milik Melda ini.

Ketika kumasukan penisku lebih dalam lagi, kulihat Melda agak tersentak
sedikit, mungkin dalam mimpinya dia merasakan kaget dan nikmat juga yang
luar biasa dan nikmat yang amat sangat ketika senjataku betul-betul
masuk, lagi-lagi dia mengerang, erangan nikmat, erangan sorga yang aku
yakin sekali bahwa melda pasti merasakannya walaupun dirasa dalam tidurnya.

Akupun demikian, ketika penisku sudah masuk semua ke dalam vaginanya,
kutekan lagi sampai terbenam habis, lalu kuangkat lagi dan kubenamkan
lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas dan bawah,
gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh
vagina Melda ini, aneh sangat luar biasa, vaginanya sangat menggigit
lembut, menghisap pelan serta lembut dan meremas senjataku dengan lembut
dan kasih sayang. Benar-benar vagina yang luar biasa. Oh Melda, tak akan
kutinggalkan kamu.

Lalu dengan lebih semangat lagi aku mendayung dengan kecepatan yang
taktis sambil membuat goyangan dan gerakan yang memang sudah kuciptakan
sebagai resep untuk memuaskan melda ini. Akhirnya senjataku kubenamkan
habis ke dasar vaginanya yang lembut, habis kutekan penisku dalam-dalam.
Aakh, sumur Melda memang bukan main, walaupun lubang vaginanya itu kecil
tetapi aneh dapat menampung senjata meriam milikku yang kurasa cukup
besar dan panjang, belum lagi dengan urat-urat yang tumbuh di sekitar
batang penisku ini, vagina yang luar biasa.

Lama-kelamaan, ketika penisku benar-benar kuhunjamkan habis dalam-dalam
pada vaginanya, aku mulai merasakan seperti rasa nikmat yang luar biasa,
yang akan muncrat dari lubang perkencinganku. "Ohh.., ohh", kupercepat
gerakanku naik turun, dan akhirnya muncratlah air maniku di dalam
vaginanya yang sempit itu. Aku langsung lemas, dan segera kucabut
penisku itu, takut Melda terbangun.

Dan setelah selesai, aku segera merapikan lagi. Celana dalamnya
kupakaikan lagi, begitu juga dengan dasternya juga aku kenakan lagi
padanya. Sebelum kutinggalkan, aku kecup dulu keningnya sebagai tanda
sayang dariku, sayang yang betul-betul timbul dari diriku, dan akhirnya
pelan-pelan kamarnya kutinggalkan dan pintunya kututup lagi. Aku masuk
lagi ke kamarku, berbaring di tempat tidurku, sambil menerawang, aku
menghayati permainan tadi. Oh, sungguh suatu kenikmatan yang tiada
taranya. Dan Akupun tertidur dengan pulas.

Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi, mandi dan siap berangkat
ke kantor, namun ketika hendak menutup pintu kamar, tiba-tiba Melda
keluar dan tersenyum padaku.
"Mau berangkat Pak?", tanyanya, aku dengan gugup akhirnya mengiyakan
ucapannya, lalu kujawab dengan pertanyaan lagi.
"Kok Melda nggak sekolah?".
"Nanti Pak, Melda giliran masuk siang", akupun tersenyum dan Meldapun
lalu bergegas ke depan rumah, rupanya mau mencari tukang bubur ayam,
perutnya lapar barangkali. Taxi kucegat dan aku langsung berangkat ke
kantor.

*TAMAT*

Tidak ada komentar: