Senin, 05 November 2007

Awal Sebuah Ketulusan

Pada mulanya aku tidak begitu tertarik dengan namanya chatting. Tetapi
lama kelamaan aku jadi ketagihan dan setiap hari aku selalu meluangkan
waktu Untuk beberapa saat lamanya sembari mengerjakan tugas harian di
kantor. Baik itu melalui MIRC ataupun di YM. Dan mulai dari sinilah aku
mulai mengenal apa itu dunia cyber. Suatu hari aku chatting dengan
menggunakan nickname Jingga yang kebetulan aku suka banget dengan warna
purple.

Hingga sampailah aku di pertemukan dengan cewek yang berumur 17 tahun
yang mempunyai nama asli Adinda. Adinda yang masih berstatus pelajar di
salah satu SMU negeri di Jakarta dan tinggal di sekitar Jakarta Barat.
Dengan paras yang cantik serta bentuk tubuh yang sexy di dukung
penampilannya yang selalu mengenakan rok abu-abunya di atas lutut.
Menjadikan dirinya patut untuk di kagumi oleh setiap lelaki. Apalagi
dengan hem putihnya yang sedikit transparan setiap Adinda berangkat ke
sekolah. Begitu menerawang terbentuk segaris Bra 36 warna hitam
kesukaannya menjadikan setiap mata yang memandangnya tak akan berkedip
sedetikpun.

Adinda adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup terpandang di
Jakarta. Kesibukan papanya sebagai seorang pengusaha, menjadikan Adinda
selalu merasa kesepian. Demikian juga dengan Mamanya yang selalu sibuk
dengan urusan arisan, shopping, senam, salon dan banyak lagi kesibukan
yang datang tak pernah habisnya. Karena merasa kesepian setiap pulang
dari sekolah ataupun saat libur sekolah, menjadikan Adinda tumbuh tanpa
seorang figur dari keluarganya. Kalau melihat kepribadiannya Adinda
sebenarnya mempunyai kepribadian yang periang dan ramah.Semua itu bisa
di lihat dengan kesehariannya yang selalu tersenyum kepada semua orang
yang di jumpainya.

Demikian juga saat bertemu denganku lewat Chatting. Setiap perjumpaan
selalu diakhiri dengan kesan yang baik, bagaimanapun juga aku sangat
menghargai. Kejujurannya yang menceritakan masalah keluarganya yang
super sibuk dan mantan cowoknya yang berpaling darinya, karena tidak
bisa bersabar menghadapi Adinda yang belakangan menjadi pemurung.
Sifatnya yang pemurung itu disebabkan oleh suasana keluarganya yang
mulai tidak harmonis lagi dan menjadikan sosok Adinda menjadi minder di
sekolahnya.

Hingga pada satu kesempatan dia memutuskan ingin bertemu secara langsung
denganku. Hari itu setelah kita chatting beberapa saat, tiba-tiba dia
menangis dan butuh teman untuk curhat secara langsung dan alasannya,
karena dia sudah akrab dan percaya kepadaku.

Setelah menentukan tempat yang cukup aman, sejuk udaranya dan tidak
bising akhirnya aku sepakat menemuinya. Dengan perasaan deg-degan,
sepanjang perjalanan aku berpikir ada masalah apa dengan Adinda. Dan
pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku benar-benar ketemu dengannya.

Sesaat Aku terkagum-kagum melihat penampilannya hari itu. Berbeda dengan
kesehariannya yang selalu mengenakan seragam sekolah. Hari itu Adinda
mengenakan stelan celana jeans agak belel warna biru di padu dengan kaos
putih ketat yang menonjol di bagian dadanya. Rambut panjangnya di
biarkannya tergerai menyentuh bahunya melewati leher jenjangnya yang
putih bersih.

Dari penampilannya yang mengagumkan aku sempat menelan ludah sesaat.
Adinda adalah sosok cewek idolaku. Mulai dari wajahnya, dadanya,
pinggulnya dan lekukan Pantatnya yang sexy tecetak jelas di celananya
yang ketat juga. Membuat aku menelan terdiam sesaat, sambil membayangkan
bagaimana jika aku bisa bercinta dengan dia.

Di sebuah cafe yang suasananya pada siang itu tidak begitu ramai, dengan
hanya beberapa pengunjung, menjadikan pertemuanku dengan nya akan sangat
berkesan tentunya. Selama pembicaraan di cafe, jantungku berdetak
kencang setiap melirik paras Adinda yang cantik dan manis sekali dan aku
membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang merekah. Untuk
menghilangkan rasa cemasku, aku berusaha membuka pembicaraan dengan
menanyakan bagaimana kesannya setelah bertemu dan ada masalah apa sampai
dia memintaku datang menemuinya.

Pertemuan itu sebenarnya hanya sekedar alasannya aja agar bisa ngobrol
denganku dan mengenal lebih dekat siapa diriku sebenarnya. Hal itu aku
ketahui setelah kami terlibat perbincangan serius di cafe dan dia
berterima kasih, kalau selama ini aku bisa dengan penuh kesabaran
mendengarkan semua masalah yang di hadapinya.

"Diet.. Boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya Adinda tiba-tiba.
"Boleh.. Ada apa emangnya?" tanyaku balik.
"Aku mulai merasakan semua kasih sayang kamu selama ini," jawabnya.
"Dan aku juga ingin memberikan hal yang sama buat kamu," lanjutnya.

Aku hanya bisa terdiam mendengar semua penjelasannya, dengan lembut aku
memeluk tubuhnya untuk meyakinkan bahwa semua yang kulakukan tulus
adanya. Dan dengan pelan aku genggam jemari tangannya yang halus serta
aku pegang dagunya dengan lembut bibirku menyentuh bibirnya yang terbuka
sedikit. Yang tak lama aku telah menciumi leher Adinda yang terlihat
sangat bersih dan putih.

"Adinda aku sayang kamu..," bisikku di telinganya lirih.

Adinda semakin erat memelukku sebagai ungkapan kebahagiaannya atas
sikapku. Setelah perbincangan di cafe selesai, Adinda mengajakku untuk
bersantai sejenak sambil beristirahat dengan memesan sebuah kamar di
sebuah hotel yang tak jauh letaknya dari cafe tersebut.

"Diet.. Ohh..," desah Adinda ketika aku mencumbu lehernya setelah kita
sampai di kamar. Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Adinda yang
jenjang.
"Akhh Diet.." tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi
payudara Adinda yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan
lidahku dibalik telinganya.
"Ooohh.. Diet.." desahnya lirih.

Adinda mulai terangang ketika ujung lidahku menjilati bukit payudaranya
yang berukuran 36 itu. Aku semakin berani untuk melakukan yang Iebih
jauh.. Dengan meremas payudara yang satunya.

"Adinda.. Sayang, aku buka baju kamu yah.."? bisiku di telinganya.

Adinda hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk melepaskan pakaiannya,
sampai akhirnya dia hanya mengenakan Bra warna hitam. Dadaku semakin
naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan jelas di depanku.

Setelah terbuka, kembali aku mengulum bibirnya yang merekah. Lidahku
menjelajahi rongga di langit-langit mulutnya dan sesekali menghisap
lidah Adinda yang mulai terangsang dengan ciumanku. Tanganku yang nakal
mulai melepas Bra warna hitam miliknya. Dan.. Wow.. Tersembullah puting
yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Adinda
untuk kemudian mulai menjilati puting Adinda yang berwarna kecoklatan.
Satu dua kali hisapan membuat putingnya berdiri dengan kencang..
Sedangkan tangan kananku memilin puting yang lainnya.

"Ooohh Diet.. Enak sekali sayang..," rintih Adinda.

Dan saat aku mulai menegang.. Adinda berusaha bangkit dari tempat tidur,
tapi aku tidak memberikan kesempatan Adinda untuk bangkit dari pinggir
ranjang. Parfum Adinda yang harum menambah gairah aku untuk semakin
berani menjelajahi seluruh tubuhnya.

Aku beranikan diri untuk mulai membuka celana jeans serta CD hitam
berenda yang dipakainya. Dan darahku mendesir saat melihat gundukan yang
ditumbuhi dengan rambut yang hitam lebat. Tanpa berpikir panjang, aku
langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam
lubang vagina Adinda.

"Oohh.. Diet.. Nikmat.. Sayang," Adinda merintih kenikmatan setiap
lidahku menghujam lubang kewanitaannya.
"Akhh.. Kamu pintar sekali sayaang.." Desah Adinda disaat jilatanku
semakin cepat, Adinda sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda mau orgasme
dan sesaat kemudian..
"Mass Adiet.. Sayang.. Aku nggak tahan.. Oohh.. Mass aku mau.." Adinda
menggelinjang hebat sambil menjepit kedua pahanya sehingga kepalaku
terasa semakin terbenam di selangkangannya.
"Maass.. Ookkhh.. Aakuu keluaarr.." Jeritnya lirih.

Adinda merintih panjang saat mencapai orgasmenya yang pertama, dia
tersenyum puas. Aku biarkan dia terlentang menikmati orgasmenya, sambil
membuka semua pakaian yang aku kenakan. Aku memperhatikan Adinda begitu
puas dengan pemanasan tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu
berbinar-binar.

Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih
lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir panjang
penisku yang berukuran lumayan besar, langsung menghujam celah
kenikmatan Adinda sembari bibirku mengulum payudaranya.

"Aaakhh.. Diet..," desah Adinda, saat penisku melesak ke dalam lubang
vaginanya.
"Diet.. Penis kamu ohh.." desahnya kemudian.

Aku merasakan setiap jepitan bibir vaginanya yang begitu ketat, sampai
terasa begitu nikmat lubang senggama Adinda. Aku berpacu dengan nafsu,
keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Adinda yang
pertama kalinya merasakan nikmatnya bercinta. Setiap gerakan maju mundur
penisku, selalu membuat tubuh Adinda menggelinjang hebat karena dia
mulai bisa merasakan dan menikmati permainan ini.

"Diet.. Sudah.. Sayang.. Akhh.." sembari berteriak panjang aku rasakan
denyutan bibir vagina Adinda menjepit batang penisku.

Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Adinda. Aku
tidak mempedulikan desahan Adinda yang semakin menjadi, aku hanya
berusaha memasukkan penisku lebih dalam lagi. Tiba-tiba Adinda mendekap
tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua
kalinya.

Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan.. Sesaat kemudian.

"Diet.. Aku.. Mau.. Keluarr lagi.. Aaakk.. Sayang, aku.. Nggak tahan.."
Seiring jeritan itu, aku merasakan cairan hangat kembali meleleh
disepanjang batang penisku.
"Aaakhh.. Sayang.. Enak sekali.. Ooohh..," rintih Adinda lirih.
Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, diatas tubuh
Adinda. Disaat aku mulai mencapai klimaks, aku meminta Adinda berganti
posisi diatas.
"Adinda.. Sayang kamu diatas yah.."Pintaku

Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Adinda bangkit dan langsung
menancapkan penisku dalam-dalam di lubang kewanitaannya.
"Akhh gila, penis kamu enak banget Maas.. Ooohh.." Adinda merintih
sambil terus menggoyangkan pinggulnya.
"Aduhh enak Diet.." desahnya lagi.
Goyangan pinggul Adinda membuat gelitikan halus di penisku..
"Adinda.. Sayang.. Akh..," aku mengerang kenikmatan saat Adinda
menggoyang pinggulnya.
"Diet.. Aku mau keluar nih..," sambil merintih panjang, Adinda
menekankan dalam-dalam

Tubuhnya hingga penisku amblas ditelan vaginanya dan bersamaan dengan
itu aku sudah mulai merasakan tanda-tanda akan mencapai orgasme.

"Aaahh.. Ahh.. Ohh," teriakku
"Crott.." bersamaan dengan menyemburnya spermaku. Aku biarkan spermaku
menyembur di dalam vaginanya. Sebagian dari spermaku langsung meleleh di
sekujur pahanya yang mulus.

Setelah itu Adinda berjalan menuju ke kamar mandi untuk segera mencuci
spermaku yang baru keluar dari vaginanya. Permainan itu berakhir dengan
penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru pertama kalinya
Adinda bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa
digambarkan dengan kata-kata.

"Diet.. Kapan kamu ada waktu lagi untuk melakukan semua ini sayang,"
tanya Adinda.
Aku menjawab lirih, "Terserah Kamu deh, aku akan selalu sediakan waktu
untuk kamu."
"Makasih sayang.. Kamu telah memberikan apa yang selama ini belum aku
rasakan," kata Adinda.

Kemudian aku mengecup kembali Bibirnya yang merekah sebagai tanda kasih
sayangku kepada Adinda yang tulus.

*E N D*

Tidak ada komentar: